Yesus adalah Roti Hidup

Yohanes 6:24-35

Manusia perlu makan untuk hidup, tetapi ia tidak hidup untuk makan. Ada sesuatu yang lebih dari sekedar makan yang seharusnya dicapai oleh manusia. Pada saat iblis mencobai-Nya untuk mengubah batu-batu menjadi roti, Ia menjawab, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat 4:4).

Orang banyak tertarik pada roti, tetapi gagal melihat Sang Pemberinya. Inilah yang sering menjadi kegagalan manusia: mendambakan berkat lebih dari pada Sang Pemberi Berkat. Masalah inilah yang menjadi awal bagi Tuhan Yesus Kristus untuk membicarakan tentang roti hidup.

Ia berkata kepada mereka, “Akulah roti hidup” (Yoh 6:35). Pernyataan ini sangat mengena bagi mereka. Mereka datang untuk mencari roti, tetapi roti itu hanya dapat mengenyangkan untuk sesaat. Ia datang untuk memberi roti hidup, sehingga mereka mendapat hidup yang kekal (Yoh 6:39-40).

Apa yang dimaksud dengan roti hidup itu? Tuhan Yesus berkata, “Akulah roti hidup.” Roti hidup adalah diri Yesus Kristus sendiri, yaitu tubuh-Nya yang disalibkan di bukit Golgota untuk keselamatan dunia. Orang yang menerima roti hidup itu akan memiliki hidup yang kekal (Yoh 6:39).

Bagaimana cara menerima roti hidup itu? Caranya adalah percaya kepada-Nya (Yoh 6:40). Roti hidup itu diperoleh bukan dengan usaha atau perbuatan, tetapi dengan iman. Dalam Perjamuan Kudus yang selalu kita rayakan, roti dan anggur yang kita terima merupakan lambang dari tubuh dan darah Yesus Kristus. Pada saat mengikuti Perjamuan Kudus, kita bersekutu dengan Dia yang telah mati dan bangkit.

Kita bukan saja diingatkan pada pengorbanan Kristus di Golgota, tetapi juga pada tugas untuk memberitakan kematian-Nya sampai Ia datang (1 Kor 11:26). Ingatlah perkataan Yesus, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia” (Yoh 6:51). Tuhan Yesus memberikan tubuh-Nya bukan hanya untuk keselamatan kita sendiri, tetapi untuk keselamatan dunia.

Banyak orang yang saat ini masih belum menerima Yesus Kristus, Sang Roti Hidup itu. Inilah tantangan bagi kita semua. Bagaimana Gereja “mengenyangkan” jemaat dengan hidangan utama Sang Roti Hidup di tengah-tengah berbagai persoalan hidup sehari-hari yang sangat nyata? Bagaimana memberitakan Kristus di dalam dunia yang cenderung menolak-Nya? Bagaimana memahami Kristus sebagai Roti Hidup di tengah-tengah masyarakat yang menderita gizi buruk dan busung lapar?

Yesus Kristus adalah Roti Hidup. Marilah kita menerima, membagikan, dan memberitakan-Nya. Ia telah mengerjakan bagian-Nya, marilah kita mengerjakan bagian kita! Sekarang! Amin.

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 2 Agustus 2015