Memberitakan Pertobatan, Mengusir Setan, Menyembuhkan Penyakit

Markus 6:1-13

Nas perikop ini terbagi 2 bagian, yaitu Yesus ditolak di Nazaret, dan Yesus mengutus murid-muridNya berdua-dua. Namun yang menjadi tema dikutip dari bagian kedua saja.

Bagian pertama, pemberitaan Markus betapa Yesus di kampung halamanNya sendiri Nazaret ditolak penduduk termasuk keluargaNya. Orang hanya mengenal diriNya sebagai tukang kayu, anak dari Maria dan kakak bagi Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Walaupun penduduk Nazareth merasakan otoritasNya saat Ia mengajar di rumah ibadat dan telah mendengar mujizat yang dibuatNya (ay. 2).

Yesus pasti kecewa dengan sikap mereka. Akan tetapi, apa pun perasaanNya, Yesus tidak terburu-buru memvonis penduduk Nazareth dan langsung meninggalkan mereka. Ia tetap melayani mereka walaupun tidak dapat berbuat banyak (ay. 5). Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun karena ketidakpercayaan mereka. Yesus hanya menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tanganNya atas mereka.

Pengalaman penolakan Yesus bisa juga terjadi pada pelayan Tuhan. Tetapi penolakan jangan dijadikan ukuran bahwa tempat tersebut bukan ladang pelayanan yang Tuhan kehendaki. Ukurannya haruslah: apakah Tuhan yang menempatkannya di sana? Apakah ada kebutuhan yang harus dilayani? Apakah talenta yang ada berguna bagi pertumbuhan jemaat?

Bagian kedua, setelah penolakan di Nazareth, Yesus pergi berkeliling dari desa ke desa sambil mengajar. TindakanNya itu adalah tindakan teladan aktif. Pada zaman itu, ke manapun guru pergi, para murid mengikutinya. Saat Yesus turun langsung ke lapangan, datang mendekat pada kehidupan manusia dalam kesehariannya, para murid juga turut serta bersamaNya. Para murid melihat dan belajar dari Sang Guru, bagaimana melakukan pelayanan.

Kini tiba giliran para murid mempraktekkan apa yang mereka lihat dan pelajari dari Yesus. Mereka diutus berdua-dua supaya saling menopang satu sama lainnya dan menjadi rekan handal dalam pelayanan. Mereka diajar untuk bergantung pada kuasa yang Yesus berikan, dan tidak mengandalkan diri sendiri ataupun materi dan fasilitas. Mereka belajar fokus pada tugas, yaitu memberitakan pertobatan, mengusir roh-roh jahat, dan menyembuhkan orang sakit (ay. 12-13). Berfokus pada tugas juga berarti saat terjadi penolakan mereka tidak perlu reaktif mengotot, melainkan memberikan tanda peringatan dengan mengebaskan debu di kaki. Bagi para murid, tanda ini menyatakan bahwa orang yang menolak pemberitaan murid Tuhan, sedang menolak Tuhan.

Ditolak memang tidak enak. Semangat bisa redup, sukacita sepertinya hilang, dan rasanya ingin menyerah. Akan tetapi penolakan bisa menjadi cambuk untuk lebih mengandalkan Tuhan dan kuasaNya, kalau selama ini terlalu mengandalkan akal budi maupun keberadaan diri sendiri. Amen!

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 5 Juli 2015