Tak Berkesudahan Kasih Setia Tuhan

Ratapan 3:22-33

Hidup ini penuh dengan warna, mulai dari meringis karena kesakitan, menangis karena bersedih, dan tertawa karena kegirangan. Semua itu terjadi agar kita selalu merasakan campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bangsa Israel, karena kedegilan hatinya harus mengalami penderitaan, ditaklukkan musuh dan ditawan sebagai budak. Meski keadaan sangat terpuruk namun Yeremia melihat dari sisi imannya bahwa di dalam Tuhan selalu ada pengharapan. Tuhan itu penuh kasih setia, baik dan penyayang (ay 22, 25, 32), kepadaNya lah Yeremia menggantungkan harapannya.

Yeremia tidak terpuruk oleh kekalahan karena musuh, sebaliknya ia mengatakan, “Tuhan adalah bagianku.” Apa yang membuat Yeremia tidak terpuruk adalah pengenalan yang benar akan Tuhan, yang kita sebut iman. Yeremia memiliki iman yang teguh. Sekalipun antara harapan dan realita bertolak belakang, ia tetap setia, tenang, bersyukur dan memuliakan Tuhan dalam segala keadaan. Dalam keadaan terpuruk sekalipun ia tetap memandang kepada kasih setia Tuhan dan kebaikan Tuhan yang tak berkesudahan.

Pada perikop ini berulang kali Yeremia menyebut tentang kasih setia Tuhan. Seringkali kita sulit untuk mengingat kasih setia Tuhan bila keadaan kita sedang terpuruk. Kita melupakan kalau Tuhan adalah pengasih dan penyayang. Melalui perikop ini kita patut mencontoh iman Yeremia, iman yang menguatkan dan membawa pemulihan. Pasti kita pun pernah terpuruk, ketika usaha kita bangkrut, kesehatan kita kritis dan banyak hal lain lagi yang bisa membuat kita terpuruk seperti umat Israel. Bagaimana kita menanggapi persoalan-persoalan yang sedang melanda kehidupan kita? Stres, depresi, atau putus asa? Di sinilah sebagai seorang percaya kita diajak untuk menanggapi segala sesuatu dari segi iman. Bila persoalan menghampiri kita, bukan berarti kasih Tuhan telah berakhir. “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi” (Ratapan 3:22-23). Artinya Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi. Rasul Paulus meski sangat menderita karena pemberitaan Firman, tapi ia menanggapi dengan imannya, maka ia mengatakan, “sebab itu kami tidak tawar hati, …sebab penderitaan ringan…, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal…, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” (2 Korintus 4:16-17).

Marilah kita selalu mengingat kebaikan Tuhan dan selalu berharap bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini karena Tuhan itu baik dan pengasih tidak selalu membalaskan setimpal dengan kesalahan kita (Mazmur 103:10). Amin.

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 28 Juni 2015