Dalam kesulitan orang sering mengharapkan pendapat orang lain, tetangga atau ahli. Mereka berharap memperoleh jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Ini menggambarkan bahwa pengharapan itu sangat vital. Tanpa pengharapan, orang tidak mempunyai gairah hidup.
Roma 15:4 mengatakan bahwa untuk berpegang teguh pada pengharapan perlu ketekunan dan penghiburan di dalam Tuhan.
Pertama, manusia perlu ketekunan dalam mengharapkan sesuatu dari Tuhan.
Pada umumnya orang berharap yang diinginkannya segera terwujud setelah selesai berdoa. Dalam realita kehidupan, sering hal itu tidak terjadi. Ini menyebabkan, ia kecewa dan menyangka Tuhan tidak memperdulikannya lagi. Mengapa Tuhan sering tidak segera memenuhi harapan kita?
Salah satu kemungkinannya yaitu Tuhan ingin agar kita menghargai apa yang akan kita peroleh. Ketika Tuhan mengatakan bahwa tidak baik manusia seorang diri saja, Tuhan tidak segera memberikan Hawa kepada Adam, melainkan menyuruh Adam memberi nama kepada binatang-binatang yang diserahkan kepada dia (Kej 2:18-19). Selesai memberi nama, Adam menyadari bahwa binatang-binatang itu tidak sepadan dengannya. Itulah sebabnya Adam mengatakan tentang Hawa bahwa ‘dialah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.’
Kedua, manusia dihibur dan dikuatkan dalam mengharapkan sesuatu dari Tuhan. Ketika tokoh-tokoh Alkitab mendapat visi dari Tuhan, mereka tidak segera mendapatkannya. Perlu waktu, mungkin bertahun-tahun sebelum Tuhan mewujudkannya.
Abraham dan Sara harus menunggu bertahun-tahun sebelum Ishak lahir. Dengan iman mereka beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu (Ibr 11:11). Yusuf perlu waktu bertahun-tahun dan menderita sebelum menjadi raja muda di Mesir. Dengan iman Yusuf menyadari bahwa Allah memakainya untuk memelihara kehidupan suatu bangsa (Kej 50:20).
Daud harus melarikan diri dari Saul dan bersembunyi bertahun-tahun sebelum menjadi raja.
Tuhan sumber pengharapan kita. Jangan putus asa dalam mengharapkan segala sesuatu yang datangnya dari Tuhan.
Dikutip dari Warta Jemaat Antiokhia 15 Maret 2009