Elu-elukanlah Allah yang Mahatinggi dan Dahsyat

Mazmur 47:2-9

Di dalam pasal 47 ini Daud menggambarkan keberadaan dan kebesaran Allah yang ia sembah. Rasa kagum dan hormat ditunjukkan Daud bagi Allah, lalu ia memberi nasihat kepada segala bangsa yang ada di muka bumi termasuk kita di dalamnya untuk takut akan Dia dan memuliakan namaNya. “Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!” (Mazmur 47:2,7,8).

Banyak orang Kristen kurang menyadari hal ini, sehingga hidupnya tidak memiliki gairah untuk menghormati dan menghargai Allah sebagaimana mestinya. Sebaliknya ia suka menghargai keberhasilannya sebagai jerih payah / usahanya sendiri dan akhirnya ia senang untuk dihormati. Raja di atas segala raja, yang telah menciptakan alam semesta ini, tidak mendapat penyambutan dan penghormatan sepatutnya. Sangat menyedihkan. Lebih menyedihkan lagi saat Dia datang kepada umat pilihan-Nya sendiri, suatu bangsa yang telah berulang kali melihat mujizat dan menikmati pertolongan-Nya, kebesaran kuasa-Nya diremehkan seperti tertulis: ” Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” (Yesaya 29:13).

Bangsa Israel telah menjadikan kemuliaan Allah itu hanya setara dengan keberadaan manusia fana, ibadahnya hanyalah perintah manusia yang dihafalkan dan rutinitas belaka. Bukan itu saja, bangsa Israel juga membuat patung lembu emas untuk disembah dan mereka menyebut patung itu dengan nama Tuan sehingga menyamakan kebesaran Tuhan dengan istilah-istilah manusia. Hal ini juga terjadi ketika Allah mengutus Putera-Nya Yesus Kristus, manusia tidak menunjukkan rasa hormat dan kehadiran-Nya tidak diinginkan. “…bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (Markus 8:31), padahal Dia adalah Raja di atas segala raja. Bila kita menyadari siapa sesungguhnya kita ini, seharusnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memberi yang terbaik dan mengutamakan Dia dalam segala hal.

Sudahkah kita menghormati dan mengagungkan Tuhan dengan sungguh-sungguh?

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 3 Mei 2015