Marilah masuk ke pesta Allah

(Matius 22:1-14)

Mahatma Gandhi (1869-1948), tokoh “ahimsa” legendaris India, ketika menumpang kereta api salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke bawah gerbong. Kemudian ia melepas sepatunya yang satu lagi dan menjatuhkannya ke arah tempat sepatunya yang terlebih dulu jatuh tadi. Ketika salah seorang penumpang lainnya menanyakan kenapa ia melemparkan sepatunya yang satu lagi, Gandhi menjawab, “Hanya dengan menemukan sepasang sepatu yang lengkap lah seseorang yang miskin dapat menikmati enaknya mengenakan sepatu. Kalau hanya sebelah sepatu takkan ada manfaatnya.” Kisah ini mencerminkan betapa bergunalah kita apabila gemar melakukan buah iman kita melalui perbuatan-perbuatan yang baik untuk menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan kita, supaya orang lain tersebut dapat menikmati kehidupannya.

Rata-rata kita pernah menghadiri perjamuan kawin. Nats renungan ini berisikan perumpamaan tentang perjamuan kawin yang tujuannya menerangkan Kerajaan SOrga, yakni ungkapan yang menunjuk pada pemerintahan Allah yang abadi di sorga. Namun kerajaan-Nya juga meliputi segala sesuatu yang terjadi di bumi. Banyak orang yang diundang ke pesta perjamuan kawin itu menolak untuk hadir dengan berbagai alasan. Ada yang ke ladang dan ada yang ke tempat usahanya. Padahal hidangan sudah lengkap disediakan oleh tuan rumah. Lembu-lembu jantan dan ternak-ternak peliharaan sudah disembelih.

Semua undangan menolak untuk hadir, malah ada yang menangkap serta menyiksa dan membunuh hamba-hamba yang disuruh untuk mengundang. Akhirnya sang raja / tuan rumah menyuruh hamba-hambanya mengundang semua orang (yang jahat dan yang baik) yang berada di jalan-jalan. Mereka datang dan penuhlah ruangan pesta itu. Tetapi ada seorang di antaranya berpakaian yang tak cocok ke pesta, dan karenanya ia diikat dan dicampakkan ke dalam kegelapan.

Saudara! Pertama sekali undangan Allah untuk kita senantiasa datang agar kita menghadiri pesta Allah dalam kerajaan-Nya. Marilah kita beramai-ramai menghadirinya. Jadilah kita menjadi warga kerajaan sorga kendatipun kita kini masih di bumi. Marilah kita seluruhnya senantiasa berpakaian pesta, artinya berlaku dan bertindak sebagaimana layaknya warga kerajaan Allah. Ini antara lain diwujudkan pada kegemaran menolong orang miskin dan membantu kaum marjinal. “Songan dia peheanhu maradophon Debata, unduk serep ni rohangki i do abit na tama” (BE 31:2). Hanya dengan kerendahan hati lah kita dimampukan untuk berbuat baik kepada sesama manusia yang membutuhkan pertolongan dan rasa solidaritas.

Janganlah ada di antara kita yang berpakaian compang-camping (metafora untuk perilaku menyimpang dari kehendak-Nya), supaya kita jangan ditemukan Tuhan sebagai umat yang tidak siap sedia ketika Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Tentu saja kita tidak rela kalau Tuhan menempatkan kita ke dalam kegelapan yang paling menakutkan yang di dalamnya terdapat ratap tangis dan kertak gigi. Kewargaan kita adalah di dalam sorga (Flp 3:20).

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 12 Oktober 2014