Menangisi Diri Sendiri

Apabila kita merayakan Natal yang benar, seharusnya kita akan semakin peduli terhadap kenyataan dosa.

Ingatkah kita dengan peristiwa Tuhan Yesus menangisi Yerusalem? Tuhan Yesus menangisi Yerusalem, karena Yerusalem akan dihancurkan (Luk 19:41-44). Ini sejajar dengan kenyataan, bahwa bumi ini dan segala isinya akan dihancurkan oleh sebab dosa manusia (2Ptr 3:9-10).

Apabila kita merayakan Natal yang benar, seharusnya kita akan semakin peduli terhadap kenyataan dosa. Kepedulian ini akan tampak dari kesediaan bertobat atas dosa-dosa pribadi dan selanjutnya kesediaan melayani sesama demi pertobatan mereka, sebab Natal juga bagi mereka. Menatap dunia hari ini kita harus memiliki keprihatinan yang dalam, yang pertama terhadap diri sendiri, kemudian untuk orang lain.

Mari kita perhatikan ucapan Tuhan Yesus ketika memikul salib di sepanjang Via Dolorosa, “Tangisilah dirimu sendiri.” (Luk 23:28). Wanita-wanita Yerusalem menangisi Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak menyadari kesalahan atau dosa mereka sendiri. Inilah gambaran dari orang yang tidak mengerti dosa mereka sendiri. Hal ini pararel dengan merayakan Natal tanpa mempersoalkan keadaan dirinya sebagai manusia berdosa yang harus selalu bertobat dan mengalami pembaharuan. Orang yang tidak memahami dirinya harus selalu bertobat sebetulnya tidak sepikiran dengan Tuhan, tidak mengerti maksud kedatangan dan penderitaan-Nya.

Tatkala memandang kandang hina tempat Yesus dilahirkan, seyogyanya kita melihat pula keadaan diri kita yang hina dan kotor, yang membutuhkan pertolongan dari tempat tinggi. Natal harus selalu mengingatkan betapa miskinnya kita. Betapa perlunya kita merendahkan diri untuk memperoleh lawatan-Nya.

Kita harus menangisi jiwa-jiwa yang mati dalam dosa, sebagaimana Yesus menangis tatkala datang ke Betania dan menemukan sahabatnya Lazarus mati (Yoh 11:1-44). Kita harus sangat peduli dengan jiwa-jiwa yang perlu dipertobatkan, jangan seperti si sulung dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, yang tidak menyukai pertobatan adiknya (Luk 15:31-32).

Penduduk Yerusalem yang menangisi Tuhan Yesus dan si sulung yang tidak mengerti perasaan ayahnya dapat menjadi gambaran kehidupan orang-orang Kristen yang tidak mempunyai perasaan dan pikiran Tuhan sebab tidak mengerti misi-Nya. Dengan segala caranya, hari ini perayaan Natal di banyak tempat ternyata banyak yang dilaukan tanpa mengerti misi Tuhan. Ini jangan sampai terjadi dalam hidup kita.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 11 Desember 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *