Jerat Dunia

Lepaskan diri dari belenggu dunia dan kenakan kebenaran yang memadai agar kita bisa melakukan segalanya untuk kemuliaan Tuhan saja.

Harus kita pertanyakan ketika kita bangun pagi mempersiapkan diri untuk bekerja dan melakukan segala kegiatan: untuk apakah dan untuk siapakah semua itu? Apakah kita melakukannya hanya karena kita merasa sedang menjalani tugas kehidupan rutin seperti manusia lain? Jika demikian, kita telah terpenjara oleh tugas kehidupan yang tidak jelas tujuannya, sebab akhirnya akan bermuara pada kematian dan semua akan ditinggalkan dengan sia-sia. Wajarnya manusia hidup adalah menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, menemukan menantu, mengasuh cucu dan mengakhiri hidup.

Atau mungkin juga kita melakukannya karena ada suatu hasrat dalam diri kita untuk mencapai suatu kualitas kehidupan yang dimiliki juga oleh orang lain, bahwa manusia sewajarnya mempunyai uang cukup, memiliki rumah, mobil dan berbagai fasilitas lainnya. Idealnya memiliki uang dalam jumlah besar, rumah mewah, mobil mewah dan berbagai fasilitas kelas atas.

Demikianlah pada umumnya manusia hidup. Ini adalah latria, yaitu ibadah atau kebaktian kepada objek yang bukan Tuhan. Orang-orang seperti ini bukannya tidak bergereja. Mereka bergereja juga, dan mengandalkan Tuhan juga. Dengan berani mereka berkata kepada Tuhan bahwa Ia adalah segalanya. Kenyataannya, ada berhala dalam hatinya. Ia telah terjerat oleh dunia, melalui persahabatan dengan dunia. Tidak banyak orang yang menyadari dirinya bersahabat dengan dunia ini, tetapi kalau ia masih mencari kualitas hidup seperti orang lain, ia sejatinya memberhalakan dunia ini. Takhta dalam hatinya yang seharusnya hanya diduduki oleh Tuhan telah diserahkan kepada duplikat atau berhala. Itu sama saja dengan menghina Tuhan.

Bila kondisi seperti ini tidak diubah dengan serius melalui pembaruan pikiran, maka kita akan terjerat sampai selama-lamanya dan tidak pernah bisa lepas. Kalau Tuhan masih memberi peringatan-Nya kepada kita melalui renungan ini, berarti Ia masih mempunyai belas kasihan dan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Maka kalau hari ini kita masih belum menempatkan Tuhan di tempat yang seharunya, dan menggantikannya dengan Mamon atau kekayaan dunia, mari segera bertobat. Jika tidak, kita bisa terhilang selama-lamanya karena tidak menghormati Tuhan sepantasnya. Mari beri makan pikiran kita dengan kebenaran Firman yang memadai, sehingga dalam hidup kita, kita bisa memahami apa artinya melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31).

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 27 November 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *