Menjadi Anak Bapa

Untuk diterima sebagai anak-anak Allah, kita harus meninggalkan cara hidup yang salah.

Untuk memahami kehidupan dengan benar, kita harus mengenal siapa diri kita. Mengenal diri bukan identitas di mata manusia, melainkan siapa kita menurut Tuhan. Banyak waktu terbuang dengan sia-sia hanya karena manusia berusaha membangun identitas dirinya di mata manusia lain. Aku adalah “Anu”. Pendidikanku tinggi, atau aku cantik, ganteng, terhormat, kaya, patut dianggap penting. Jangan lupa aku si “Anu”. Demikianlah kodrat yang mengalir dalam jiwa manusia berdosa.

Untuk memahami manusia menurut Tuhan, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh dari sumbernya yang benar yaitu Alkitab. Orang yang tidak mengenal dirinya tidak akan mengenal Tuhan dengan benar dan tidak pernah bisa menempatkan dirinya secara benar di hadapan-Nya.

Harus dipahami dengan sepenuhnya bahwa manusia adalah makhluk ilahi, tetapi bukan berarti manusia adalah dewa, atau bisa menjadi Allah. Itulah sebabnya Alkitab tidak ragu-ragu menyatakan manusia bisa menjadi manusia Allah (1Tim 6:11). Manusia adalah makhluk yang memiliki isi dari Allah yang menciptakannya. Tubuhnya memang dari bumi ini, tetapi isinya roh yang adalah hembusan nafas Allah. Itulah sebabnya manusia bisa disebut sebagai anak-anak Allah (Kej 6:1-4; Yoh 1:12-13) dan banyak ayat yang berbicara mengenai hal ini.

Jadi sebutan anak-anak Allah itu bukan hanya status, tetapi memang demikian kenyataannya. Allah pun menyatakan dalam 2 Kor 6:18 : “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firmat Tuhan Yang Mahakuasa.”

Dengan memahami bahwa manusia adalah makhluk ilahi, maka kita akan berusaha untuk menjadi makhluk ilahi seperti yang telah dipolakan oleh Bapa Sang Pencipta. Ini harus diusahakan dengan sangat serius, berhubung manusia sudah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Itulah sebabnya, Firman Tuhan berkata, “Sebab itu keluarkanlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” (2 Kor 6:17).

Untuk diterima sebagai anak Allah yang digolongkan kembali sebagai manusia Allah, ternyata bersyarat. Manusia harus meninggalkan cara hidup yang salah. Maukah kita memenuhi syarat ini?

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 10 Juli 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *