Jendela Hari Esok

Lakukan perencanaan dengan melibatkan Tuhan, dan janganlah khawatir mengenai hari esok.

Kita percaya bahwa segala sesuatu ada dalam kendali Tuhan dengan sangat sempurna. Ia jauh lebih besar daripada segala masalah hidup yang kita alami hari ini, dan yang akan timbul di kemudian hari. Ya, sebesar apapun masalah tersebut, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Sekalipun kita mengalami pencobaan, itu tidak akan melampaui kekuatan kita (1Kor 10:13).

Oleh karena itu Tuhan menentang dan menghukum orang yang pergi ke peramal untuk mencoba mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Seolah-olah melalui paranormal mereka menemukan jendela untuk melihat hari esok, dan kalau sudah tahu hari esok mereka merasa lebih tenang dan melakukan tindakan-tindakan preventif.

Mengapa orang mencoba mengetahui apa yang terjadi di hari esok? Karena manusia penuh kekhawatiran. Tetapi sebagai anak-anak-Nya, kita tidak perlu bertanya-tanya bagaimana hari esok itu, sebab kita percaya Ia selalu menyediakan yang terbaik untuk kita (Yer 29:11). Kekhawatiran dan kecemasan dunia akan membuat rohani kita tidak bertumbuh, sebab hidup kita tidak sejahtera.

Tanggalkanlah segala kekhawatiran dan kecemasan kita, sebab itu semua menutup mata hati kita terhadap kasih-Nya yang sempurna, sehingga membutakan kita terhadap kebaikan dan kasih-Nya. Percayalah bahwa hari esok kita sudah ditata apik oleh Tuhan di luar pengetahuan kita, dan jaminan pemeliharaan-Nya sempurna bagi kita. Sekalipun banyak ancaman di sekitar kita, Ia tetap memelihara kita.

Meramal masa depan, baik dengan horoskop zodiak Barat maupun shio Tionghoa, menghitung hari baik dan tidak, bertanya kepada roh-roh, hongshui dan sebagainya itu dipandang sebagai penyembahan berhala oleh Tuhan. Itu berarti kita tidak berserah kepada-Nya dan mencoba mengandalkan diri kepada kekuatan manusia (Yer 17:5). Tuhan mengutuk tindakan seperti itu, jadi janganlah merasa perlu membuka jendela untuk mengetahui hari esok melalui cara-cara tersebut.

Kita memang tidak tahu hari esok. Yang harus kita lakukan adalah membuat perencanaan dan mengikutsertakan Tuhan di dalamnya. Sebelum kita melakukan segala sesuatu harus dimulai dengan, “Jika Tuhan menghendakinya” (Yak 4:15). Kesombongan manusia berpijak pada sikap hatinya yang merasa mampu menopang dirinya dengan segala kemampuan yang ada padanya sehingga merasa tidak membutuhkan pertolongan Tuhan. Mulai sekarang sediakan waktu untuk berurusan dengan Tuhan dan memahami kehendak-Nya dalam hidup kita masing-masing.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 8 Mei 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *