Pikirkanlah Semuanya Itu

Pikiran yang baik akan menghindarkan kita dari tipuan dan kepalsuan.

Dalam langkah penyempurnaan sebagai seorang manusia yang menerima keselamatan, sesorang harus menjadi manusia yang baik terlebih dahulu, baru menjadi manusia warga Kerajaan surga yang unggul. Ini terjadi sebab terlebih dahulu kita harus menjadi manusia yang cukup memadai – yaitu sehat dalam berbagai aspek hidup kita – barulah dapat dibangun menjadi manusia yang sempurna.

Alkitab mengajarkan kita agar memikirkan semua yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Ini berarti untuk menuju warga Kerajaan Surga, kita harus menggunakan pikiran kita untuk hal-hal yang baik, dan berfilosofi baik.

Manusia yang utuh adalah orang yang pikirannya atau mentalnya sehat, jasmaninya sehat dan lingkungannya juga mendukung. Pikiran dan mental yang sehat dibangun melalui pendidikan yang baik, baik formal (pendidikan umum, akademis) maupun informal yaitu lingkungan dan keluarga. Pikiran yang tidak sehat tidak akan membuat seseorang mampu mengerti pikiran Tuhan atau kebenaran-kebenaran Firman-Nya, sebab untuk menggali kebenaran Firman Tuhan dibutuhkan perangkat-perangkat logika yang diasah dan kemampuan memahami bahasa. Tentu harus menguasai bahasa kita sendiri dengan baik agar dapat memahami Alkitab, dan lebih lengkap lagi kalau mampu memahami bahasa asli Alkitab (bahasa Ibrani dan Yunani).

Apabila kita yang menggunakan pikiran kita dengan baik, dan berlogika dengan baik, niscaya kita akan terhindar dari manipulasi-manipulasi emosional yang dapat menciptakan pemalsuan-pemalsuan. Dapat kita lihat pemalsuan ini banyak terjadi dalam kegiatan keagamaan, termasuk dalam Kekristenan; tetapi seseorang yang memiliki logika atau nalar yang baik untuk menganalisis Alkitab tidak akan tertipu. Tentu dalam hal ini logika bukan segalanya, tetapi tak dapat disangkal itu sesuatu yang sangat penting.

Telah menjadi fakta dalam kehidupan ini bahwa bangsa yang terpengaruh oleh filosofi hidup dan kepercayaan yang salah akan menjadi miskin, terbelakang, dan lebih parah lagi, penuh konflik, diskriminasi, ketidakadilan dan kebejatan lainnya. Mereka tidak tahu mana yang benar, sebab tidak menggunakan logikanya dengan baik. Sementara bangsa yang menggunakan logikanya dengan baik akan menjadi maju, sebab filosofi hidup dan kepercayaannya baik. Keadaan suatu masyarakat dapat menjadi salah satu tolok ukur kebenaran kepercayaannya.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 27 Maret 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *