Milik Tuhan

Bersedialah menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah bagi Tuhan, sebab kita adalah milik-Nya.

Jika kita benar-benar mengalami hidup baru dalam Tuhan, kita pun akan semakin menghayati dan menerima bahwa kita adalah milik Tuhan, sebab Tuhan Yesus telah lunas membeli kita. Oleh karena itu, segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhan. Bukan hanya uang, tetapi seluruh kehidupan kita ini adalah milik-Nya. Termasuk juga semua potensi yang ada pada kita, dan lain sebagainya. Ingat, bagi Tuhan uang adalah perkara kecil (Luk 16:10).

Dengan demikian karakter yang harus kita bangun adalah karakter seorang pengelola (manager), bukan pemilik (owner). Kita hanya mengelola apa yang dimiliki Majikan Agung kita, Tuhan Yesus Kristus. Karena itu jika Tuhan memerintahkannya, apa pun yang ada pada kita harus rela kita lepaskan demi kepentingan-Nya atau kemuliaan nama-Nya. Demi ketaatan kita, apa pun harus rela kita korbankan, sebab ia menghendaki kita bersedia menjadi “roti yang terpecah dan anggur yang tercurah” bagi-Nya. Adalah wajar pula apabila kita lalu merasa bahwa sebagai pengelola yang baik, kita tidak berhak menggunakan milik Tuhan tersebut, selain untuk kepentingan atau kemuliaan Tuhan. Sebagai gambaran, seorang sopir hanya boleh menggunaan mobil majikannya untuk kepentingan majikannya. Ia tidak berhak sesukanya menggunakan mobil tersebut untuk kepentingan pribadinya, kecuali jika majikannya yang memerintahkan demikian.

Setelah belajar berjalan sebagai seorang pengelola, kita dapat mempelajari gerak hidup orang lain, termasuk orang Kristen yang belum benar-benar hidup baru dalam Tuhan. Mereka menolak untuk dimiliki Tuhan, sebab meskipun mengatakan mereka dimiliki Tuhan, kenyataannya itu hanya karena mereka mendambakan berkat jasmani-Nya. Tentunya jangan sampai kita terpengaruh keburukan mereka, meskipun jumlah mereka lebih banyak. Yang lebih banyak itu belum tentu benar.

Orang yang mengakui dan menerima bahwa dirinya adalah milik Tuhan akan memiliki kepekaan untuk lebih mengerti kehendak-Nya dalam hal ini, yaitu bagaimana mengelola milik Tuhan tersebut. Tuhan akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya dalam pengelolaan milik-Nya, tetapi kalau kita tidak bersedia menjadi “roti yang terpecah dan anggur yang tercurah”, maka kita tidak akan mengetahuinya. Tuhan tidak bersedia memberitahukan kehendak-Nya kepada orang yang tidak mau dimiliki-Nya, sebab orang tersebut tidak perlu mengetahuinya. Toh mengetahui kehendak dan rencana Tuhan tidak akan berarti sama sekali baginya.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 9 Januari 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *