Hanya Satu Tuan

Banyak orang beriman yang bekerja sebagai karyawan dan tidak sedikit yang menjadi pimpinan perusahaan. Mereka yang bergelut dalam dunia bisnis sering mengatakan bahwa tidak mudah bagi orang Kristen berbisnis. Mereka merasakan seperti memasuki dunia lain, yang berbeda dengan dunia kekristenan. Lingkungan bisnis memaksa mereka mengikuti arus yang ada, bila tidak dunia itu akan memusuhi mereka. Ini berarti akan banyak kesulitan yang dihadapinya. Memang tidak mudah hidup dalam kondisi paradoks (bertentangan) seperti itu. Satu sisi harus memberlakukan firman Tuhan, di sisi lain harus mengikuti arus zaman. Namun itulah kenyataan yang harus dihadapi orang kristen. Tuhan Yesus mengatakan bahwa pengikut-Nya bukan berasal dari dunia ini, dan sebagai konsekuensinya mereka akan dibenci dunia. Apakah itu berarti orang percaya harus menyendiri, hidup dalam komunitasnya yang terpisah dari dunia? Bagaimanakah seharusnya orang Kristen menyikapi dunia ini?

Tuhan Yesus tidak bermaksud agar orang percaya mati sia-sia di dunia ini dengan mengatakan, “Aku mengutus kamu seperti domba di tengah-tengah serigala”, melainkan orang Kristen justru harus terjun ke dunia ini dengan segala kecerdikan dan ketulusan hidup (Mat 10:16). Dan melalui perumpamaan bendahara yang tidak jujur (Luk 16:1-9), Ia menekankan orang Kristen harus cerdik. Ketika bendahara itu ketahuan salah mengatur keuangan perusahaan (missmanagement), atasannya memecat. Sebelum keluar dari perusahaan itu, bendahara itu berupaya agar dirinya tidak menjadi penganggur. Dia merasa tidak sanggup hidup sebagai petani yang mencangkul, atau pengemis yang memalukan. Muncullah ide brilian, yaitu membuat jejaring bisnis (networking) dengan cara merugikan perusahaannya. Inilah yang dikatakan Tuhan Yesus, bahwa anak-anak dunia lebih cerdik daripada anak-anak terang (ayat 8), bukan tindakan tidak jujurnya. Anak dunia mempergunakan akalnya agar dia hidup (survive). Seperti yang ditulis di surat kabar Cina, bahwa para pedagang hamster di Cina mematok harga jual hamster 30 yuan. Padahal harga seekor hamster kecil sebelum memasuki Tahun Baru Imlek hanya 5 yuan, berarti harga jual naik pedagang berani menaikkan harganya. Dengan kecerdikannya mereka memanfaatkan momen Tahun Baru Imlek dan memahami orang akan mengejar hal-hal yang menguntungkan bagi diri mereka.

Pesan yang dapat kita ambil dari perumpaan Tuhan Yesus itu, tidak ada yang salah dengan kekayaan. Yang Ia ingatkan bagi kita semua, bahwa manusia tidak dapat mengabdi kepada Allah dan Mamon sekaligus (Luk 16:13). Bagi umat percaya hanya ada satu tuan, yaitu Allah yang mengasihi dan memelihara mereka yang bersandar kepada-Nya. Dan memang Tuhan menerjunkan anak-anak-Nya ke dunia bisnis untuk memperlihatkan bedanya anak-anak terang dengan anak-anak dunia.

Dikutip dari Warta Jemaat Antiokhia 25 Januari 2009

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *