Memilih Jalan Ketidakberdayaan

Tuhan Yesus menjalani kehidupan ini dengan melepaskan semua klaim pada kekuatan dan memilih jalan ketidakberdayaan.

Perbedaan yang mencolok antara pola kerja Tuhan dengan murid-murid yang mewakili manusia adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut. Biasanya manusia menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan, tetapi Tuhan Yesus tidak demikian. Tuhan Yesus menjalani kehidupan ini dengan melepaskan semua klaim pada kekuasaan dan memilih jalan ketidakberdayaan. Kematian-Nya di kayu salib tanpa melawan menunjukkan cara-Nya untuk mencapai tujuan-Nya. Ketika menghadapi siksaan yang begitu hebat, Ia bukannya tidak mampu menghindarinya. Ia bisa saja menyuruh malaikat-Nya datang untuk membantu-Nya, tetapi Ia tidak melakukannya.

Bila seorang penginjil dalam misi pemberitaannya ditolak di suatu tempat, ia harus hanya menghindar dan meninggalkan tempat tersebut (Mat 10:14). Tentu dalam hal ini seorang penginjil tidak mudah menyerah terlebih dahulu sebelum mendapat komando Tuhan untuk meninggalkan tempat itu. Anak Tuhan tidak boleh membalas dendam atas penolakan orang terhadap Injil. Pemberitaan Injil tidak boleh menggunakan “pedang”, seperti beberapa agama lain di dunia, yang menyebarkan agamanya menggunakan kekerasan dan intimidasi. Tidak jarang mereka juga menggunakan cara-cara licik dan teror yang mendatangkan bencana bagi orang yang tak bersalah.

Dengan penyebaran Injil menggunakan pola ini, bisakah Injil sampai ke ujung bumi? Ternyata bisa. Sebagai contohnya, bertahun-tahun orang Kristen teraniaya hebat oleh kekuasaan Roma. Kaisar-kaisar Roma bukan saja menganiaya orang Kristen, tapi berusaha mengenyahkan Injil dari muka bumi dengan kekuatan yang luar biasa. Tetapi pada akhirnya seluruh Roma dikristenkan dan agama Kristen menjadi agama negara pada tahun 380 oleh titah Kaisar Theodosius Agung. Pemberitaan Injil yang efektif adalah melalui pola kehidupan yang memancarkan pribadi Kristus yang penuh kasih. Pola ini merupakan pola penginjilan yang baku yang harus terselenggara dalam kehidupan setiap anak Tuhan. Memberitakan Injil bukan hanya menceritakan atau mengkotbahkan tetang Yesus, tetapi memperagakan kehidupan Yesus.

Kalau dalam mencapai tujuan-Nya Tuhan Yesus memilih jalan tanpa kekerasan, anak-anak Tuhan juga harus meneladani kehidupan-Nya tersebut. Pemberitaan Injil dengan kata-kata bujukan dan iming-iming materi akan membangkitkan tuduhan “kristenisasi”, tetapi kalau memperagakan suatu kehidupan yang luar biasa baik, maka orang tidak bisa mengutuk Injil. Perbuatan baik akan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang hidup dan Injil bukan isapan jempol.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 5 September 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *