Tuhan Yesus telah mati bagi kita, maka kita pun harus berani all out bagi Dia.
Dalam 1 Korintus 15:58 dikatakan, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Mengapa orang tidak berani all-out bagi Tuhan? Karena mereka tidak mengerti bahwa kekristenan bukanlah agama, atau tidak dapat disejajarkan dengan agama. Agama-agama pada umumnya menyediakan janji-janji dapat melewati kehidupan dengan lebih nyaman.
Dengan menganut suatu agama, maka allah yang ditawarkan oleh agama tersebut akan memberikan kesenangan-kesenangan hidup di dunia ini. Allah yang dipercayai oleh suatu agama dapat menjadi andalah untuk mengatasi semua masalah. Kekristenan tidaklah demikian. Diawali dengan penerimaan Tuhan atas kita sebagai anak-anak-Nya, kita dilatih untuk dapat mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak Bapa. Bisa timbul suatu pertanyaan: kalau kekristenan tidak menjanjikan kontribusi atau bantuan untuk kehidupan hari ini atau di dunia sekarang ini, untuk apa menjadi Kristen? Harus ditegaskan bahwa kekristenan adalah usaha mengumpulkan harta di Surga, bukan yang di bumi (Mat 6:20). Di sini kita ditantang untuk memilih, harta duniawi atau harta surgawi.
Paulus dalam kesaksian hidupnya mengatakan, “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kis 20:24). Paulus merupakan teladan dari seorang anak Tuhan yang berani all out bagi Tuhan. Kalau seorang pelaku bom bunuh diri berani all out demi keyakinan atau ideologinya – yang sudah pasti tidak benar – mengapa sebagai orang percaya kita tidak berani all out demi keyakinannya, bahwa Tuhan Yesus telah mati bagi kita? Pengorbanan dan pembelaan bagi Tuhan tidak sia-sia.
Irama hidup all out bagi Tuhan harus merupakan irama yang biasa diselenggarakan dalam kehidupan ini, sehingga seorang anak Tuhan dengan otomatis telah dapat mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini. Akhirnya kalau seseorang sudah biasa all out bagi Tuhan, tidak bisa lagi hidup tidak all out. Di sini seseorang barulah dapat sejalan dengan Tuhan, ibarat kendaraan kecepatannya makin seimbang. Inilah keseimbangan yang Tuhan kehendaki, agar bisa memikul kuk yang dipasang-Nya (Mat 11:28-30).
Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 1 Agustus 2010