Allah Mahatahu

Pengetahuan kita bahwa Allah Mahatahu berarti kita bersedia berperilaku semakin berkenan kepada-Nya

Sering orang Kristen membicarakan kemahatahuan Tuhan. Apa reaksi terhadap sifat Tuhan tersebut? Biasanya kalau orang berbicara mengenai kemahatahuan Tuhan, hampir selalu dihubungkan dengan kebutuhan dan persoalan hidup yang sulit, yang karenanya orang membutuhkan pertolongan-Nya. Tidak disadari, sesungguhnya ini merupakan ekspresi sifat oportunistik manusia yang berusaha memanfaatkan Tuhan untuk kepentingannya sendiri. Pengakuan bahwa Allah Mahatahu seharusnya memberi pengaruh terhadap karakter kita, sehingga kita berperilaku semakin berkenan kepada-Nya.

Kalau kita percaya bahwa Allah Mahatahu, maka semestinya kita takut untuk bersikap munafik terhadap Tuhan maupun sesama kita, sebab Ia pasti tahu isi hati kita. Semestinya kita bersikap “apa adanya dan tulus di hadapan-Nya” (Mzm 73:1). Hendaknya kita tidak seperti orang-orang Yahudi yang bersikap munafik pada zaman Tuhan Yesus di Palestina (Mat 15:8). Inilah kenyataan yang juga dijumpai dalam kehidupan orang Kristen hari ini. Seharusnya, sebagai anak-anak Tuhan, orang percaya dapat berkomunikasi dari hati ke hati dengan-Nya. Ia menghendaki ketulusan, sebagaimana Ia juga tulus. Oleh karena itu, dalam doa pun mari kita gunakan kata-kata yang tulus apa adanya, dan meninggalkan kata-kata doa yang indah tetapi sekedar untuk pamer di depan umum, bukan mengalir dari hati. Mungkinkah Dia yang Mahatahu tidak tahu bahwa di balik kata-kata itu terkandung kemunafikan?

Selanjutnya, kalau kita percaya bahwa Allah Maha Tahu, kita harus bersedia dikoreksi oleh-Nya agar memiliki kesucian (Mzm 139:23-24). Kalimat doa “selidikilah aku” diajarkan agar kita mengoreksi diri di hadapan Dia yang Mahatahu. Siapapun tidak akan pernah dapat menyembunyikan keadaannya di hadapan Tuhan. Semua dosa terbuka, nyata, transparan dan telanjang di hadapan-Nya (Mzm 139:11-12). Kesediaan dikoreksi adalah pintu gerbang pembaruan hari setiap hari.

Akhirnya, kalau kita percaya bahwa Allah Mahatahu, maka kita harus bersedia taat melakukan apa pun yang diperintahkan-Nya, dan menuruti segala yang dikehendaki-Nya untuk kita jalani. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Rm 8:28). Janganlah kita memberontak lagi terhadap proses yang Tuhan pakai untuk membentuk kita. Mungkin kita merasa apa yang sedang terjadi dalam hidup kita tidak mendatangkan faedah, padahal Tuhan lebih tahu bagaimana membentuk kita menjadi pribadi seperti yang dikehendaki-Nya. Semua kejadian pasti telah dikontrol dan dimonitor oleh mata Bapa di Surga, yang penuh kasih dan Mahatahu.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 18 Juli 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *