Waspada di Tengah Krisis

Krisis ekonomi global yang melanda dunia hari ini termasuk krisis yang cukup parah. Hal ini dibuktikan dengan rontoknya lembaga-lembaga keuangan raksasa dunia yang dampaknya merambah ke seluruh belahan dunia. Krisis ini sudah terjadi di Amerika satu tahun belakangan ini. Beberapa pabrik besar nyaris bangkrut, ada yang sudah bangkrut. Ini berarti akan bertambahnya jumlah orang yang kehilangan nafkah. Krisis ekonomi yang cukup parah ini pasti memiliki “efek domino” kepada kehidupan perekonomian di negeri ini.

Hari ini kita telah merasakan dampak krisis ekonomi global tersebut. Perusahaan-perusahaan nasional terancam bangkrut. Gerak ekspor terkendala berat. Buruh-buruh terancam pemutusan hubungan kerja, bahkan sekarang mulai nampak realisasinya. Orang-orang kehilangan pekerjaan jumlahnya bukan ratusan lagi, tetapi puluhan juta di seluruh belahan dunia. Sementara pemerintah sibuk menggodok undang-undang perburuhan, sengketa antara buruh dan majikan tak kunjung rujuk dan demo buruh merebak di mana-mana, krisis moneter mendera bangsa ini yang akhirnya banyak orang akan merana kehilangan pekerjaan. Dalam situasi buruk seperti ini, para elit politisi partai mereka masing-masing sibuk mempersiapkan diri di gelanggang Pemilu 2009. Tidak terhitung banyaknya dana yang dipertaruhkan agar mereka menjadi pemenangnya. Situasi ini tidak kondusif untuk memulihkan bangsa dari keterpurukan ekonomi yang membutuhkan penanggulangan secara serius, sistematis, taktis dan sinergis dari semua komponen bangsa. Kalau masing-masing pemimpin sibuk untuk pemilu, bagaimana penanganan kondisi ekonomi hari ini?

Sebagai orang percaya, keadaan ini harus menjadi “alert” bagi kita agar bersikap bijaksana menyongsong keadaan yang akan makin buruk. Kondisi ekonomi ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan doa, tetapi harus dengan integritas tinggi dan bertanggung jawab mengantisipasinya. Hendaknya tidak kita hadapi dengan mengharapkan anugrah dan karunia Tuhan, tetapi harus dihadapi dengan sikap tangkas menggunakan semua karunia dan anugrah yang Tuhan telah berikan guna “facing tomorrow”. Tuhan tidak akan memberikan karunia-Nya kalau kita tidak memenuhi bagian kita.

Untuk ini ada beberapa langkah yang harus kita lakukan. Pertama, hendaknya kita setia dalam pekerjaan atau bisnis yang telah kita miliki atau kita jalani. Bagi karyawan, sulit hari ini menemukan pekerjaan kalau sudah menganggur. Oleh sebab itu anak-anak Tuhan harus berprestasi di tempat kerja. Kinerjanya harus ditingkatkan, sehingga produktivitasnya bagus di mata pimpinan. Jika demikian, maka sulitlah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja bagi orang-orang yang efektif di perusahaan. Bisnis yang sudah digumuli harus tetap dijaga agar tetap eksis. Perhatian harus difokuskan pada bisnis yang ada.

Kedua, kita harus mengontrol ketat pengeluaran. Anak-anak Tuhan harus hemat, hemat dan hemat. Hendaknya kita tidak membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Pola hidup sederhana harus ditingkatkan dan dipertahankan. Usahakan tidak membuat kredit baru, justru credit card yang sudah ada dikurangi. Penggunaan kartu kredit memicu jiwa konsumerisme (belanja terus) yang akhirnya menjerat hidup seseorang, sampai ada yang masuk penjara. Banyak anak Tuhan yang bermasalah dengan kartu kredit ini.

Mulai sekarang, bagi yang memiliki pola hidup ceroboh harus mulai berubah dengan pola hidup yang baik. Kita harus memperhatikan pola makan, irama istirahat dan tidur, olah raga serta pikiran kita. Kecerobohan akan menghasilkan sakit penyakit yang nantinya akan menguras uang, menyusahkan banyak pihak dan merenggut kebahagiaan hidup. Anak-anak Tuhan harus mengelola pikirannya dengan baik, sebab stres menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Kesehatan harta yang mahal. Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi kalau jadi sakit segalanya menjadi sia-sia. Menjaga kesehatan adalah bagian dari tanggung jawab iman.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 14 Desember 2008.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *