Rasa Sakit

Mazmur 90:15

Mazmur 90:15 berkata: “Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.” Jadi hidup itu selalu berbicara tentang suka dan duka. Salah satu rintangan dalam hidup manusia adalah mereka tidak bisa rasa sakit, padahal orang di dalam hidup ini kalau dia bisa menerima rintangan yaitu rasa sakit, dia akan bisa menemukan tujuan dalam hidup ini yang sebenarnya. Banyak orang dalam hidup ini tidak mau menerima rasa sakit itu.

Pada waktu kita mengalami rasa sakit hal atau berkat. Pertama yang kita terima adalah kita lebih sungguh lagi mencari Tuhan. I Samuel 1:7 dikatakan: “Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana perrgi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehinga ia menangis dan tidak mau makan.” Selanjutnya ay. 10 dikatakan: “dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.” Orang kalau tidak menikah susah dan menikahpun juga susah, sudah menikah dan tidak punya anak susah dan kalau punya anak perempuan semua pun juga susah. Penderitaan itu tidak selamanya negatif bahkan penderitaan membawa sebuah berkat yang tersembunyi yang kita tidak pernah sadari bahwa penderitaan itu membawa kita lebih dekat lagi kepada Tuhan. Hana di dalam penderitaannya, akhirnya dia datang kepada Tuhan dengan sunguh-sungguh sambil menangis. Jadi tangisan itu bukan menjadi merk sebuah gereja tetapi tangisan itu membawa kita semakin dekat pada Tuhan karena kita mempunyai kesedihan, mempunyai penderitaan, mempunyai rasa sakit. Mazmur 42:2 berkata: “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allab.”

Kedua, rasa sakit itu memperjelas motivasi kita. Amsal berkata: Ada banyak orang yang menganggap bahwa ujung dari pada perjalanannya itu adalah menuju kepada kebaikan, menuju kepada kebahagiaan, menuju kepada hal yang luar biasa, tetapi mereka menjadi kaget dan terperanjat bahwa ternyata ujung dari pada hidup mereka adalah menuju kepada maut. Banyak orang berpikir dalam hidup ini bahwa semua keberhasilan itu karena kita mempunyai cita-cita yang luhur. Penderitaan biasanya kita memanfaatkan Tuhan, dengan penderitaan biasanya kita akan mengenal motif kita yang sebenarnya dalam hidup. Rick Warren dalam bukunya The Purpose Driven Life mengatakan bahwa hidup ini tidak bercerita tentang saya dan saudara tetapi hidup ini dimulai dengan Tuhan dan diakhiri dengan Tuhan. Kalau hidup ini selalu berbicara tentang diri kita ataupun masa depan kita maka kita akan selalu konflik.

Ketiga, rasa sakit itu biasanya akan memurnikan kita. Alkitab mengatakan bahwa emas itu semakin dibakar, semakin murni. Sebagai contoh: Emas 6 gram yang kita miliki ketika dibakar dengan api akan menyusut menjadi semakin kecii sehingga beratnya akan berkurang, mengapa? Karena emas 6 gram itu memiliki campuran logam yang banyak. Di dalam penderitaan, di dalam rasa sakit, biasanya akan menghancurkan keegoisan kita. Penderitaan, rasa sakit perlu sekali untuk membuat kita menjadi orang yang tahu diri dan menjadi orang yang lebih rendah hati. Kita sering merasa superior dan menganggap orang lain kurang, kesombongan-kesombongan seperti itulah yang akan dikikis oleh Tuhan sehingga pada akhirnya kita menjadi manusia yang benar-benar rendah hati. Rasa sakit memurnikan kita, dengan begitu kita akan siap melayani kebaikan yang lebih besar karena orang yang tahu diri ada1ah orang yang lebih rendah hati dan dia akan belajar menggunakan hidupnya untuk selalu menolong orang lain. John Maxwell menerjemahkan sukses itu dalam 3 hal. Pertama, orang sukses itu adalah orang yang tahu tujuan hidupnya. Kedua, orang sukses itu adalah orang yangg bisa memaksimalkan potensi dalam hidupnya. Ketiga, orang yang sukses itu adalah orang yang bisa menggunakan apa yang dihasilkan dalam hidupnya untuk menolong orang lain lebih baik. Jadi sukses itu bukan bicara soal kita mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, kekuasaan, keterkenalan, bahkan mempunyai uang yang banyak tetapi hidup yang sukses itu adalah bicara bagaimana kita berbagi dengan orang lain sehingga kita semakin menyadari diri kita.

Rasa sakit itu mendefinisikan kita, biasanya di dalam penderitaan kita bisa menjadi kanvas yang digambar, dilukis oleh Tuhan sehingga dunia bisa melihat. Tetapi ada orang yang mengalami rasa sakit karena kesalahannya sendiri, dunia tidak melihat Kristus dalam orang seperti itu tetapi kalau kita dalam penderitaan seperti Stefanus, kita berkata: “Tuhan ampunilah kesalahan mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,” dunia akan berdecak kagum, ternyata kita adalah seorang murid Kristus yang luar biasa. Di dalam penderitaan kita, ada sesuatu yang luar biasa. Mazmur 119:17 berkata: Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.” Persoalan itu baik karena: 1. Bisa membawa kita lebih dekat pada Tuhan. 2. Bisa memperjelas motif kita kepada Tuhan, yang ternyata motivasi kita selama ini salah, bukan menjadi taat pada Tuhan tetapi lebih banyak memanipulasi Tuhan.

Keempat, persoalan itu baik bagi diriku supaya aku bisa memperlihatkan Kristus kepada orang lain. Ada banyak orang dalam penderitaan mengeluh tetapi kita selalu tetap bersyukur. Dalam penderitaan, nanti akan kelihatan apakah kita setia kepada keluarga kita, apakah kita akan setia terhadap pasangan hidup kita sehingga dunia akan melihat.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 4 Oktober 2009