Hadirilah Undangan Allah untuk Perjamuan-Nya

Yesaya 55:1-5

Dave Branon, dalam tulisannya yang berjudul “Water Problems” menuturkan bagaimana anggota-anggota jemaat di sebuah jemaat menyaksikan diawalinya pekerjaan membangun sebuah gedung gereja yang baru. Setiap hari Minggu mereka kepingin memperhatikan lubang yang besar di lokasi lahan bangunan itu. Namun perkembangan pekerjaan di proyek itu kelihatannya lambat. Semua hambatan tersebut berasal dari ketersediaan air, yang sangat banyak di suatu tempat dan tidak cukup buat tempat yang lain. Ada ketidaktenteraman yang diakibatkan oleh ketimpangan sumber air itu. Begitulah pasokan air di dunia ini, tidak sempurna dan tidak selalu menyamankan.

Air yang sempurna dan menyamankan adalah air yang diberikan Tuhan kepada kita, marilah kita menghadiri undangan untuk meminumnya. Setiap orang tentu senang menerima undangan. Bukankah demikian? Ajakan yang berbunyi “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah!” (ayat 1) merupakan undangan untuk menikmati hikmat Tuhan dan janji-Nya tentang permulaan yang baru. Kita dapat melihat juga dalam pasal-pasal sebelumnya bahwa Tuhan akan menggelar pesta perjamuan bagi bangsa-bangsa. Sion mewakili umat Allah dan tempat Allah tinggal di antara umat-Nya. Tempat itu adalah sumber berkat-berkatnya.

Beberapa teks Perjanjian Baru juga menggambarkan kehidupan dalam kerajaan Allah sebagai pesta perjamuan (Mat 3:2; Luk 14:15-24). Seruan ‘minumlah air’ di sini adalah suatu ‘figurative’ untuk kesegaran rohani, karena sudah banyak di antara kita yang menderita kehausan spiritual. Secara bersamaan Kristus mengundang umat-Nya meminum air kehidupan (Yoh 4:14; 7:37). Anggur dan susu di sini adalah simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Hendaknya kita umat Tuhan rela dan bersedia mengajak sesama manusia untuk mau menghadiri jamuan makan dan minum dari Tuhan. Marilah kita menerima semuanya makanan dan minuman yang berasal dari Allah. Yang makan dan minum dari hidangan Tuhan tidak akan kecewa dan kekurangan.

Perkataan dalam renungan ini ‘sesuatu yang bukan roti’ menunjuk kepada apa saja yang tidak benar-benar memuaskan kelaparan rohani, misalnya kepada janji-janji ilah lain. Betapa banyak sekarang ini ilah-ilah lain yang ingin menjerumuskan kita, seolah-olah menawarkan kebenaran, melainkan yang diberikan adalah beragam keputusasaan dan kesengsaraan. Di pihak lain undangan Allah senantiasa menawarkan hikmat Allah kepada kita supaya kita kenyang akan ajaran-ajaran Tuhan. Kita diundang memakan roti dan meminum anggur dari hikmat Allah, sehingga orang-orang yang tak berpengalaman dan yang tak berakal budi dapat keluar dari kebodohannya (Ams 9:1-5).

Setelah kita dikenyangkan oleh Tuhan dengan hidangan-Nya, maka kita hendaknya menerima penugasan dari Dia untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa. Kita menjadi pemberita Injil agar semakin bertambah jumlah orang yang percaya kepada-Nya.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 3 Agustus 2014