Hidup yang Dipimpin oleh Roh

Roma 7:18, Galatia 5:16-26

Dunia yang kita hidupi sekarang ini, menuju kepada dunia yang sedang dalam proses kehidupan yang sangat kompetitif atau penuh persaingan. Teknologi semakin canggih, persaingan semakin ketat seiring dengan itu kejahatan dan dosa pun semakin besar. Itu sebabnya dunia yang kita hidupi sekarang ini membutuhkan makanan rohani yang lebih keras, lebih dalam supaya bukan hanya sekedar kita bisa bertahan, mengimbangi akan tetapi bagaimana kita bisa mengatasi dunia yang seperti ini. Ayat yang kita baca mengandung dua faktor: faktor kejatuhan manusia yaitu hidup dipimpin oleh daging dan faktor kebangkitan rohani yaitu hidup dipimpin oleh Roh.

Hidup dipimpin oleh daging yaitu: “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” Faktor kejatuhan manusia adalah dari keinginan daging seperti itu. Faktor keinginan daging mengikat kita, itu sebabnya kita harus menguasai keinginan daging itu karena kalau tidak kita jatuh. Jaman seperti ini seharusnya kita menjadi penganalisa bagi kerohanian kita sendiri dan tidak hanya menjadi pendengar dan pelaku saja. Itu sebabnya faktor kejatuhan yang paling memungkinkan bagi kita itu apa dan kita harus hati-hati dalam hal itu. Ada orang yang haus pujian, dia akan jatuh dalam hal itu, ada orang yang tidak puas dengan keinginan seksnya, dia akan jatuh dalam hal itu, ada orang yang haus akan jabatan sehingga dia menggunakan segala cara untuk mendapatkan jabatan itu, ia akan jatuh dalam hal itu. Orang jatuh karena tidak pintar menganalisa diri, tidak pintar melihat kekurangannya ada di mana. Kalau kita bisa mengevaluasi diri, di situlah memungkinkan kerohanian kita lebih bagus. Kalau tidak, tidak ada yang bisa menolong kita karena keinginan daging itu terus menghantui kita, kecuali faktor kedua yaitu kebangkitan rohani kita yaitu hidup yang dipimpin oleh Roh.

Ketika orang dipimpin oleh Roh maka akan muncul buah Roh yaitu: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri.” Setiap kita membuka surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, kita pasti ingat bahwa ada satu buah dan di dalamnya ada sembilan unsur dari kasih sampai dengan penguasaan diri. Semua orang bergumul dengan ini, dalam proses penguasaan diripun tidak mudah termasuk hamba Tuhan. Dari sembilan unsur ini, bagaimana Tuhan membimbing kita supaya menghasilkan buah Roh. Hasil dari pada dipimpin oleh Roh itu tidak sama dengan produk dari pada budaya atau alam di mana kita hidup. Orang Jawa, termasuk orang Solo, Jogja, Semarang, cara bicaranya halus dan ini bukan produk dari pada Roh Kudus tetapi ini merupakan produk kultur karena orang yang bicaranya halus tidak menjamin bahwa hatinya baik. Orang Batak suaranya kasar dan tidak menjamin hatinya jahat. Orang Batak suaranya kasar karena dibentuk oleh alam sendiri seperti ini. Alam dan budaya membentuk keberadaan kita. Idul Fitri pakai pakaian yang hijau-hijau, Imlek orang pakai pakaian yang warnanya merah dan kalau kita pakai hitam kita bakai diusir kalau kita bertamu karena dianggap membawa sial sebaliknya kalau kita memakai merah-merah cenderung kita diterima karena dianggap membawa keberuntungan. Budaya membentuk kepribadian kita. Tetapi jikalau anak kita yang bicaranya kasar dan sering memaki-maki dan tiga tahun kemudian perilakunya berubah, cara bicaranya berubah menjadi sopan dan lembut, hal ini menunjukkan pekerjaan Roh yang bekerja di dalamnya.

Orang yang paling dekat dengan kita, tentunya kita dapat merasakan perubahan yang terjadi dengan dirinya dan hal itu tidak bisa dimanipulasi. Pekerjaan Roh dibutuhkan konsistensi dari kita. Ketika istri kita lebih sabar, suami kita berubah dan tidak marah-marah lagi, inilah pekerjaan Roh. Dari buahnya terlihat perubahan itu karena orang tersebut mau dipimpin oleh Roh tetapi orang yang tidak tnau dipimpin oleh Roh perilakunya tidak akan berubah sampai kapanpun. Demikian juga dengan kita, jika kita merenungkan tentang kehidupan kita yang telah berubah seharusnya kita tidak seperti yang sekarang ini semuanya karena kita mau hidup dipimpin oleh Roh. Demikian juga dengan pendeta, dalam level yang sama sedang bergumul ke arah itu untuk berubah karena tidak ada yang sempurna di dunia ini. Paling tidak kita bisa memperkecil kesalahan kita dan kalau kita peka menjadi penganalisa bagi diri kita berarti kita sedang berada pada suatu tahap yang akan menuju kepada suatu pertumbuhan kerohanian yang baik karena kita menjadi penganalisa dan tahu diri tentang kekurangan kita. Firman Tuhan menjadi peringatan terbuka bagi kita dan jikalau kita sudah mulai menyimpang ke arah dosa, cepatlah kita berbalik, mumpung belum menghasilkan, mumpung belum memalukan cepatlah kita berbalik sambil kita menarik kaki kita dan hidup di pimpin oleh Roh karena mumpung belum terlambat dan kalau kita telat yang ada hanyalah penyesalan seumur hidup.

Firman Tuhan berbicara terbuka bagi kita dan diterjemahkan oleh persoalan yang kita hadapi. Mungkin orang yang paling dekat dengan kita mereka tidak tahu apa yang kita lakukan tetapi firman Tuhan berbicara kepada kita. Kalau diri kita sudah mulai menyimpang dan kita mulai dihasut oleh teman atau kita mulai mengalami godaan sehingga kita merasa sudah tidak ada lagi yang mengatur kita dan kalau kerohanian kita tidak ada lagi yang harus dipertahankan maka kita akan sarna dengan orang dunia. Ketika kita tidak mau hidup dipimpin oleh Roh maka kecenderungan kita rnenjadi liar. Oleh karena itu marilah kita mempelajari firman ini karena kita membutuhkan suatu kejujuran dan makanan rohani seperti ini yang harus kita alami untuk jaman yang serba canggih ini.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 18 Mei 2014