Berdamai

Yesaya 11:1-10

Nabi Yesaya menubuatkan dalam konteks ini bahwa Israel akan ditebang karena menolak Yesus Kristus tetapi dari tunggul yang masih sisa itu akan keluarlah suatu tunas yang namanya taruk. Dalam hal ini Yesaya menubuatkan kedatangan Tuhan Yesus sebagai Raja Damai dan kalau Ia datang, Ia membawa damai dan damai itu dilukiskan dalam ayat 6 dengan luar biasa: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama.” Kalau seseorang benar-benar menerima Kristus sebagai Raja Damai maka dia harus bisa hidup dengan damai dengan sesamanya. Yesaya mengatakan bahwa kalau Yesus datang, macan tutul dan kambing bisa damai. Apakah ini hanyalah sebuah utopia (sesuatu yang diidam-idamkan)? Tentu tidak. Sebenarnya dalam hal ini nabi Yesaya sedang menggambarkan keadaan sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa. Keadaan ini terlihat dalam Kejadian 1:31, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” Setiap ciptaan itu baik, tetapi bersama-sama menjadi amat baik. Artinya bukan hanya setiap ciptaan itu baik, tetapi setiap ciptaan itu juga berada dalam relasi yang baik bersama-sama dengan ciptaan-ciptaan yang lain, itu sebabnya disebutkan ekosistem yang merupakan salah satu bagian yang harmonis antar semua ciptaan. Jadi ketika Tuhan menciptakan manusia di dunia ini, semuanya harmonis. Sebenarnya damai itu dilukiskan dalam Alkitab dengan gambaran yang harmonis bahwa setiap ciptaan itu baik akan tetapi dalam kebersamaan menjadi amat baik. Tetapi keharmonisan yang Tuhan berikan di dunia ini menjadi rusak pada saat manusia jatuh ke dalam dosa. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa manusia berdalih untuk saling menyalahkan itu berarti salah satu ciri khas dosa adalah semakin melibatkan banyak orang karena dosa selalu melibatkan orang lain dan semakin banyak orang terlibat, semakin sedikit yang merasa bersalah.

Akibat dari dosa, hubungan antara manusia dengan Allah menjadi rusak dan berimbas pada hubungan manusia dengan sesamanya menjadi rusak. Dalam ayat 11 Yesaya menggambarkan tentang keharmonisan yang terjadi sama seperti keadaan manusia sebelum jatuh ke dalam dosa. Jadi Kristus datang ke dalam dunia ini adalah untuk memulihkan kembali hubungan-hubungan antara manusia dengan Allah, sesamanya, alam sekitarnya dan dirinya sendiri. Tetapi sebenarnya makna utama yang harus kita renungkan justru dalam konteks kehadiran di masyarakat sekarang. Pertanyaannya, dapatkah kita membawa damai kemana pun kita pergi? Kalau dalam Kristus kita sudah pulih hubungan dengan Allah, maka otomatis setiap orang yang sudah pulih hubungannya dengan Tuhan harus juga berjuang agar hubungannya dengan sesama, hubungan dengan lingkungannya, bahkan hubungannya dengan diri sendiri menjadi pulih. Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia. Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia adalah uluran tangan untuk berdamai dengan manusia dan siapa yang menyambut Kristus dalam hidupnya, dia harus bisa juga hidup damai dengan sesama, dia juga harus bisa berdamai dengan lingkungannya, dan dia juga harus bisa berdamai dengan dirinya. Dalam hal ini ada tiga hal penting yang dapat kita lihat dalam hal berdamai: Pertama, berdamai dengan sesama. Rasul Paulus dalam Surat Roma berkata: sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung padamu hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. Bagaimana kita harus hidup berdamai dengan semua orang? Ada beberapa langkah:

Pertama, kalau kita mau berdamai dengan orang, terimalah orang itu apa adanya. Kita tidak mungkin menerima orang lain kalau kita tidak menganggap dia sebagai sesama manusia. Kita harus bisa menerima orang lain itu dengan apa adanya karena kita akan sulit berdamai dengan orang lain kalau kita tidak mau menerima orang lain apa adanya. Kedua, kita juga harus bisa mengampuni. Kita tidak bisa berdamai kalau kita tidak mau mengampuni orang. William Barclay mengatakan: “Langkah untuk mengampuni ada tiga: 1. Cobalah mengerti orang itu. Mengerti berarti memahami mengapa orang itu melakukan sesuatu yang menyakiti hati kita. Mungkin orang itu mendapatkan informasi yang salah, mungkin pendidikannya tidak cukup, mungkin wataknya sudah demikian. Mengerti tidak sama dengan setuju, ketika kita berdosa, Tuhan marah tetapi Tuhan mengerti bahwa kita ini hanya manusia. 2. Cobalah untuk melupakan. Kita sulit mengampuni orang kalau kita terus mengingat kesalahannya, waktu makan, tidur, mandi, belajar kita ingat dia. 3. Cobalah mengasihi. Dalam Alkitab dikatakan kasih menutupi banyak sekali dosa. Kalau ada kasih maka segala kekurangan dari orang yang kita kasihi tidak menonjol lagi. Kasih juga membuat kita gampang melupakan. Kita tidak mungkin berdamai dengan orang kalau kita tidak bisa mengampuni orang lain. Ketiga, jangan suka menghakimi orang lain. Menghakimi artinya menilai orang salah, jelek, berdosa sementara kita merasa bahwa diri kita lebih baik dari orang lain padahal diri kita sama berdosanya.

Kedua, berdamai dengan alam, manusia sekarang menderita karena ulah manusia sendiri sehingga terjadi pemanasan global, rusaknya lingkungan hidup yang menyebabkan banjir, tanah longsor semua itu adalah akibat dari kesalahan manusia. Kita juga harus memelihara lingkungan hidup, dapat kita bayangkan kalau satu binatang musnah, seolah-olah kemuliaan Allah berkurang satu karena setiap ciptaan menggambarkan kehebatan dan kemuliaan Tuhan.

Ketiga berdamai dengan diri sendiri dalam arti terimalah diri kita ini apa adanya. Seringkali kita tidak mau menerima diri kita apa adanya. Selain itu kenalilah juga sifat-sifat jelek kita. Tidak ada orang yang tidak mempunyai sifat jelek. Kita sulit menerima diri kita kalau kita selalu menganggap diri kita sempurna dan tidak mempunyai sifat jelek. Ada orang sifat jeleknya adalah mata duitan, suka berbohong, suka menggosip, kata-kata kotor, iri hati. Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak oleh sebab itu, kenalilah sifat jelek pada diri kita lalu berjuanglah untuk melawannnya tetapi juga kenalilah nilai-nilai positif dalam dirimu dan kembangkanlah itu. Kalau kita sudah berdamai, seolah-olah Yesaya juga hendak mengatakan, kalau macan tutul bisa damai dengan kambing, mengapa kita tidak bisa berdamai dengan orang lain? Mulailah berdamai dengan diri sendiri, mulailah berdamai dari hal-hal yang kecil dan mulailah sekarang juga.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 10 Maret 2019