Sehebat apapun orang yang berhasil dalam materi tidaklah lebih hebat dari orang yang berhasil menanggalkan beban dan dosa
Jika kita membaca Ibrani 12:1-4, kita dinasehati supaya tidak putus asa dalam menyelesaikan perlombaan yang diwajibkan bagi kita untuk menanggalkan beban dan dosa. Beban dapat ditimbulkan dari keterikatan kita dengan dunia, sedangkan dosa dapat timbul dari keterikatan kita dengan hasrat-hasrat daging yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Di sini kita mengetahui bahwa penanggalan beban dan dosa dalam hidup ini adalah pergumulan yang berat bagi setiap orang percaya. Berat bagi kita dan juga berat bagi Roh Kudus jika kita tidak mau bekerja sama dengan Tuhan. Untuk melakukan mujizat, bagi Roh Kudus tidaklah sulit, tetapi menanggalkan segala unsur dalam diri kita yang bertentangan dengan kehendak Tuhan adalah hal yang sulit. Di sini dituntut kerjasama antara Roh Kudus dengan kesungguhan hati kita untuk melepaskan segala beban dan dosa.
Dalam pergumulan kita menanggalkan beban dan dosa, jiwa kita dapat menjadi lemah dan putus asa. Pergumulan ini jelas menunjukkan suatu pergumulan yang sangat berat. Tetapi sangat disayangkan sekali jika beratnya pergumulan kita seringkali hanya terfokus pada memburu karir, kesehatan, jodoh, uang, kemewahan, dll.
Mengapa banyak di antara kita yang tidak fokus dalam pergumulan menanggalkan beban dan dosa ini? Ada beberapa alasan yang dapat dijelaskan. Yang pertama. karena kita tidak mengerti tujuan gambar kesucian yang akan kita tuju. Hal ini disebabkan karena kita tidak mengerti kebenaran yang murni. Alkitab belum dikupas secara benar dan mendalam. Hukum yang dikenal atau etika yang dikenal adalah etika agama-agama pada umumnya. Akibatnya kita belum menemukan kesucian yang Tuhan kehendaki. Dalam hal ini bila gereja tidak membongkar semua kebenaran di dalam Alkitab secara benar dan murni, berarti gereja dapat menyesatkan atau menipu jemaat. Kehausan akan Firman Tuhan yang murni harus disambut dengan kebenaran yang dipersiapkan dengan baik untuk mengisi bejana hati jemaat Tuhan. Kedua, karena kita tidak mau mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Dalam Matius 25:24-30 jelas ditunjukkan bahwa Tuhan menghendaki agar hidup kita berbuah dan buahnya dapat menjadi berkat bagi orang di sekitar kita. Cara kita menghargai korban Yesus bukan hanya dengan merayakan perjamuan kudus. Cara kita menghargai korban Yesus adalah terus bertahan dan bertekun dalam perlombaan menanggalkan beban dan dosa yang pada akhirnya kita dapat menghasilkan buah.
Berbahagialah orang yang mengerti bagaimana mengembangkan talenta dan kasih Allah yang ada padanya. Saya mengajak jemaat Tuhan untuk mempedulikan panggilan ini dan mengisi hari-hari hidup saudara secara benar, sebab waktu hidup saudara makin singkat.
Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 6 Desember 2009