Meraih Kemenangan lewat Ujian

Kisah Para Rasul 16:22-26

Cara meraih kemenangan di dalam kehidupan kita bukan hanya dalam pertandingan-pertandingan yang sering kita hadapi saat ini yaitu pertandingan-pertandingan atas persoalan, pertandingan-pertandingan atas pergumulan, pertandingan-pertandingan atas berbagai kehidupan kita baik menyangkut masalah-masalah orang tua, masalah karier, masalah usaha bahkan masalah apapun juga yang sedang kita hadapi. Tetapi hari-hari ini kita sedang belajar bagaimana caranya agar supaya kita mampu meraih kemenangan di dalam menjalani hidup. Salah satu firman Tuhan memberikan sebuah pelajaran yang cukup unik, cukup penting dan cukup gampang sebenarnya untuk kita lakukan yaitu berupa doa dan pujian. Bagaimana kita bisa berkata bahwa melalui pujian, melalui doa, kita mampu meraih kemenangan dan itu sebuah pertanyaan. Kalau kita jujur, mungkin kita tidak gampang menjawabnya karena berbagai pergumulan berat yang kita alami, itu mendatangkan semangat kita yang pudar dan membuat pupus semangat kita sehingga seolah-olah tatkala kita diperhadapkan pada situasi yang sulit, kita hanya angkat tangan dan berserah sehingga kita berkata: “saya sudah lelah Tuhan menjalani hidup ini dan apa yang akan terjadi, terjadilah”.

Memang benar, adakalanya persoalan menyudutkan kehidupan kita, hal yang sama pun dialami oleh Rasul Paulus ketika mereka membangun sebuah penginjilan yaitu memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum percaya, mereka memberitakan keselamatan Yesus Kristus, mereka menyampaikan berita tentang sorga, tetapi mereka justru ditangkap, didera, dianiaya kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Dalam hati mereka mungkin berkata: “Saya sudah menyampaikan suatu kabar baik dan harusnya Tuhan menolong tetapi kenyataannya malah saya mengalami kesulitan seperti ini.” Bayangan kehidupan kita pun sama seperti ini, kita sudah berdoa kepada Tuhan, sudah menjadi orang yang setia, rajin beribadah kepada Tuhan dan nyatanya hidup susah, sehingga kita berkata: “Tuhan dimana keadilan-Mu?” Kadang kala suara hati kecil kita pun menuduh Tuhan seolah-olah Dia tidak adil. Tetapi yang menarik yang dapat kita petik dari sebuah pelajaran dalam cerita ini, di ayat 25 dikatakan: “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Orang dipenjara tanpa salah dan belum diadili dan tidak tahu kesalahannya dimana, pada saat dimasukkan penjara pasti ada rasa takut, getir, kegelisahan, kesusahan, tekanan dan rasa sakit. Sama halnya dengan kita, kita tidak bersalah tetapi tiba-tiba kita dimasukkan ke dalam penjara maka kita berpikir bahwa jangan-jangan terjadi sesuatu yang berbahaya buat diri saya! Hal itu juga bisa terjadi kepada Paulus dan Silas tatkala mengalami hal itu. Tetapi yang paling menarik yang dapat kita pelajari, ternyata ia mengabaikan semua pola pikir, perasaan hati yang membuat bukan malah makin baik tetapi malah makin tidak baik. Orang makin lama makin takut, karena ia tidak tahu akan terjadi apa pada besok hari. Ketika Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan nyanyian pujian kepada Tuhan, ada sesuatu yang terjadi, ada kuasa Allah yang menaungi mereka. Kenapa demikian? Karena di dalam doa dan pujian ada kuasa. Di tengah-tengah persoalan itulah mereka melihat mujizat dan kuasa Allah. Mazmur 44:1-2 berkata: Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku! Ada perlindungan Allah, ada pertolongan Allah sehingga kesulitan itu di bawah kuasa kita.

Jadi kitalah yang berhak dan mempunyai kuasa untuk mengendalikan persoalan dan masalah dan bukanlah masalah yang berhak mengendalikan hidup kita. Kita yang diinjak-injak oleh masalah yang seharusnya kita yang berkuasa atas masalah supaya membuktikan pertolongan dari Allah turun atas kehidupan kita. ltu sebabnya jangan pernah diinjak-injak atau diikat atau dibelenggu oleh masalah. Masalah itu boleh ada tetapi ingat! Sekalipun masalah itu besar, Allah yang kita layani jauh lebih besar dari setiap masalah yang paling besar sekalipun. Firman Tuhan berkata bahwa Iblis itu berada di bawah telapak kaki orang percaya, berarti kalau Iblis berada di telapak kaki orang percaya tujuannya hanya satu, adalah untuk di injak-injak, Berarti Iblis tidak berani mendekati orang yang percaya karena Roh Kudus yang selalu menyertai kita. Tetapi yang selalu mendekati kita sebagai orang percaya bukan Iblis tetapi masalah. Masalah itu tidak jauh tetapi ada di sekitar kita dan itu akan menguji supaya iman kita bangkit dan menjadi sempurna karena orang di sekitar kita mengajar kita supaya kita menjadi sabar.

Mazmur 147:12-14 dikatakan: Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Pada saat kita memuji Allah kita lewat doa, akan muncul kesejahteraan atas wilayah pelayanan kita, wilayah keluarga kita, wilayah tempat kerja kita, wilayah hidup kita. Bagi orang percaya tempat dimana dia menginjak, di situ mendatangkan damai sejahtera. Sejahtera bukan terletak kepada mobil yang bagus, rumah yang bagus, karier yang bagus namun hati kita tidak sejahtera semua itu percuma sehingga kita melihat mobil yang bagus jadi jelek, rumah yang bagus jadi jelek karena pada prinsipnya manusia tidak pernah merasa puas karena kuncinya ada di hati maka berkat itu turun dalam hati kita. Pada saat sejahtera Allah itu turun menguasai pikiran dan hati kita, maka segala sesuatu menjadi pelengkap dalam hidup kita termasuk rumah, kendaraan, karier kita semuanya hanya pelengkap dalam hidup kita. Setiap manusia tentunya mempunyai cita-cita supaya kelak hidupnya mencapai sebuah kesejahteraan. Alkitab sudah merancang setiap kehidupan orang percaya dan kuncinya hanya sederhana yaitu doa dan pujian. Mazmur 147:1 dikatakan: Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. Pada saat kita mengangkat tangan berdoa dan memuji Allah, itu baik, itu indah. Allah merancang dalam hidup kita untuk menikmati hal-hal yang baik dan indah dalam hidup kita. Mazmur 146:1-2 dikatakan: Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Kalau kita menghadapi sebuah pertandingan hidup, itu adalah sebuah kesempatan karena selama kita masih hidup, kita mempunyai kesempatan untuk meraih kemenangan lewat doa dan pujian.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 10 Februari 2019