Seorang pengendara sepeda motor menabrak seekor ayam. Pengendara itu berhenti untuk mempertanggungjawabkannya. Setelah berbicara sebentar dengan si pemilik ayam tersebut, maka pengendara sepeda motor itu mengeluarkan selembar uang berwarna biru untuk mengganti ayam yang tertabrak itu. Masalahnya sudah selesai. Yang tidak diketahui pengendara itu adalah anak pemilik ayam yang masih berumur lima tahun itu mengamuk, karena ayam kesayangannya sudah tidak ada lagi. Sampai malam anak itu masih menangisi “sahabat”-nya. Orangtuanya berpikir untuk membelikan mainan yang diinginkannya yang harganya selembar uang merah.
Kadang-kadang kita berpikir bahwa uang dapat menyelesaikan masalah. Kalaupun tidak cukup dengan uang, masih ada pemberian-pemberian lain yang dapat membantu menyelesaikan masalah. Pola berpikir demikian dimiliki oleh umat Israel. Mereka mengira, persembahan yang diberikan kepada Tuhan dapat menyelesaikan masalah. Jika demikian, alangkah mudahnya menyelesaikan persoalan manusia dengan Tuhan. Cukup dibayar dengan lembaran uang berwarna abu-abu sampai dengan warna merah. Mungkin, cukup dengan memberikan persembahan perangkat yang diperlukan dalam ibadah. Tuhan Allah menuntut sebuah ibadah yang sejati yang lahir dari hati yang tidak mendua, itulah yang terungkap dalam teks ini.
1. Berlaku adil
Yang disebut adil adalah adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Tuntutan hak haruslah imbang dengan kewajiban yang dilakukan. Di sini Israel tidak berlaku adil baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesamanya. Banyak menuntut haknya terhadap Tuhan, memohon berkat dari pada-Nya, namun tidak melakukan kewajiban, menaati hukum Tuhan, setia beribadah kepada-Nya, tendensi untuk mencari dan beribadah kepada ilah lain. Tindakan dan perilaku ketidak-adilan terhadap Allah berakibat pada hubungan dengan sesama. Melakukan kekerasan terhadap orang lemah, mengambil keuntungan dari orang miskin. Tuntutan Tuhan pertama adalah kita berlaku adil terhadap Dia dan sesama.
Apakah adil bagi dunia ini jika mengasihi dan mendoakan musuh? Apakah adil jika pipi kiri kita ditampar maka kita juga akan memberikan pipi kanan? Apakah adil jika manusia yang berdosa tetapi Tuhan yang menerima hukuman? Paulus menyatakan kepada kita: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1 Kor 1:18).
2. Mencintai kesetiaan.
Kesetiaan adalah tuntutan Allah yang mutlak dari umat-Nya, ini dinyatakan untuk memperlihatkan betapa Israel tidak setia kepada Tuhan-Nya Dalam hubungan dengan sesama, dituntut adanya semangat kemurahan hati, setia yang mengikat seseorang dengan Tuhannya, sesamanya atau temannya. Kata ini dari kata Ibrani Khesed yang dapat diartikan tidak hanya empati, simpati tapi juga partisipasi terhadap persoalan, pergumulan sesama.
3. Hidup dengan rendah hati
Hidup dengan rendah hati adalah hidup oleh iman yang antitesis dengan kesombongan. Kesombongan selalu mengambil tempat pertama, tapi hidup oleh iman se!alu memberikan tempat pertama kepada Allah. Orang-orang yang rendah hati adalah orang-orang yang mempercayai hidupnya serta memberikan tempat yang utama kepada Tuhan. Yang dituntut bukan korban persembahan yang banyak, tapi hati yang mau beribadah kepada-Nya. Allah juga mengajar kita melalui Kristus bagaimana kita untuk dapat merendahkan hati dihadapan Allah karena Allah sangat mengasihani orang yang rendah hati (1 Ptr 5:5-7). Rendah hati di hadapan Allah adalah mengakui kuasa dan kekuatan-Nya ditengah·tengah kehidupan kita, yang memegang kendali atas kehidupan ini adalah Tuhan. Terkadang manusia mau hidup sombong di hadapan Allah ketika dia meragukan kuasa Tuhan karena terkadang kita merasa lebih hebat dari Allah melakukan hal-hal di luar kuasa Tuhan.
Sumber: Warta Jemaat HKBP 11 November 2018