Jangan Serupa dengan Dunia

Roma 12:1-3

Satu kali Tuhan Yesus menjawab pertanyaan tentang siapakah sesama dengan memberi perumpamaan sebagai berikut: Ada seorang yang terkena bencana dirampok. Dia sudah menderita akibat perampokan tersebut. Tubuhnya disiksa, barangnya disita. Tidak ada lagi yang ada pada dia selain denyutan nadi dan hembusan nafas. Saat dia ditinggal pergi di jalan, ada dua orang yang melihatnya tetapi kedua orang itu melewatinya saja mungkin karena takut terimbas perampokan. Akan tetapi ada satu lagi yang ketika melihat penderitaan orang yang sakit tersebut tergeraklah hatinya oleh belas kasihan untuk menolong orang yang dirampok tersebut. Perumpamaan tersebut terkenal dengan judul “Orang Samaria yang baik hati”. Silahkan saudara-saudara membaca di dalam nats Alkitab Perjanjian Baru. Cari sendiri natsnya, coba dulu dalam kitab Lukas. Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, kisah yang disebutkan Yesus dalam perumpamaan di atas sangat tepat kita jadikan untuk memikirkan pesan nats khotbah hari ini. Kepada kita diserukan supaya JANGAN MENJADI SERUPA DENGAN DUNIA INI.

Dua orang yang pertama dalam kisah perumpamaan tadi walaupun sebangsanya, semarganya, dan dia kenal korban perampokan tersebut akan tetapi mereka tidak mempedulikan keadaannya. Mereka takut terkena dampak perampokan tersebut. Akibatnya mereka melewatkan begitu saja yang terkena perampokan tadi sehingga tidak ada perubahan dalam diri si korban. Sebaliknya ada seorang lagi, orang ketiga yang pada dasarnya adalah musuh mereka, orang yang tidak disenangi namun tergerak hatinya untuk mengulurkan tangan. Tergerak hatinya untuk berbuat sesuatu menolong si korban sehingga selamat. Orang ketiga tersebut dikenal dengan sebutan “orang Samaria”. Musuh utama bangsa Israel menolong dengan mengulurkan tangan membantunya. Orang Samaria tersebut identik dengan apa yang dipesankan oleh khotbah minggu ini kepada kita, yaitu tidak serupa dengan dunia ini. Dia tidak serupa dengan orang Lewi dan Imam yang melewati sendiri korban perampokan. Malah dia berkenan membalut luka, merawat korban, dan menanggung biaya pengobatannya. Perilaku seperti yang dilakukan orang Samaria inilah yang diminta Tuhan untuk kita tunjukkan dalam interaksi kita dengan semua pihak di dalam kehidupan ini. Kita berkenan memperhatikan kebutuhan orang lain dengan mengesampingkan kebutuhan sendiri. Kita makin gemar membantu orang lain dengan memberikan sedikit dari yang kita miliki itu. Kita melakukan yang baik karena kita tahu Allah Tuhan kita menyuruh kita untuk melakukan yang baik.

Perlu pula kita perhatikan bahwa di dalam kehidupan ini kepada kita selalu dihadapkan pada pilihan. Kita harus memilih bahwa kita berjalan di sebelah kiri atau sebelah kanan. Kita juga harus memilih kehendak Tuhan atau mengingkarinya. Mematuhi kehendak Tuhan adalah keputusan kehidupan yang dikehendaki Tuhan, walaupun kita merasakan ada hal-hal yang memberatkan dalam mematuhi kehendak Tuhan tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang takut berhadapan dengan resiko mematuhi kehendak Tuhan karena tidak populer, tidak disukai orang banyak, dan lain-lain.

Dalam hal inilah kita disarankan pada ibadah kita minggu ini untuk mengambil keputusan yang tidak populer di dunia ini, yaitu TIDAK MENJADI SERUPA DENGAN DUNIA, melainkan mematuhi Tuhan dengan segala risikonya. Marilah kita teladani seruan Yosua di dalam percakapannya dengan bangsa Israel di Sikhem yang mengatakan, “aku dan seisi rumahku akan beribadah kepada Tuhan”. Beribadah kepada Tuhan adalah dengan mematuhi perintahnya sekaligus itu pulalah ibadah yang sejati. Kiranya hati kita digerakkan oleh ibadah kita yang sejat itu untuk berani berbuat yang tidak disukai dunia, melainkan yang disukai Tuhan. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 21 Oktober 2018