Hidup dalam Penyertaan Allah

Kejadian 39:1-10

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu.” (Mazmur 119:9)

Yusuf menjadi seorang tokoh fenomenal bagi kalangan muda pada masa kini. Dia seorang muda “pemimpi” yang dikaruniai Tuhan sebuah “visi” (pandangan jauh ke depan) yang tidak biasa bahkan tidak dipahami orang di sekitarnya. Pada akhirnya ia dibenci oleh kakak-kakaknya karena mimpi yang diceritakan kepada mereka ternyata menyinggung perasaan dan harga diri mereka. Tindakan tak beradab yang menodai citra kemanusiaan menimpa Yusuf berturut-turut, mulai dan niat membunuhnya oleh saudaranya sendiri. Namun Allah menyertainya. Semua kisah hidupnya sampai akhirnya Yusuf menjadi “Pahlawan” besar bangsa Mesir, merupakan rangkaian kisah yang menawan dan pelajaran yang patut dijadikan teladan bagi setiap orang yang merindukan perdamaian dan keselamatan, baik dalam konteks persaudaraan (kakak-adik) sebuah keluarga mau pun dalam pluralitas suatu bangsa, bahkan antar bangsa. Bangsa Mesir menjadi penyelamat bagi umat manusia dan bangsa-bangsa di sekitarnya disebabkan bencana kelaparan dikarenakan paceklik panjang di berbagai negara pada waktu itu. Seorang muda Yusuf ada di balik semua kisah besar tersebut.

Di awal renungan ini saya sengaja mengutip catatan pemazmur, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu.” (Mazmur 119:9) Sehubungan dengan nama Yusuf, selaku seorang tokoh muda anak Israel (Yakub) penyelamat bangsa Mesir bahkan banyak bangsa lain di sekitarnya, kata kunci penyertaan Allah baginya adalah: KELAKUAN YANG BERSIH. Inilah kata kunci yang menjadikan seseorang berhasil. Bukan sekadar keberhasilan karir sebagai strata sosial, namun yang terutama menjadi kebanggaan Allah. Allah sangat mencintai dia bahkan membutuhkan orang-orang seperti dia di tengah-tengah cacat kemanusiaan yang begitu meluas pada masa itu, terutama juga pada masa kita kini.

Ada begitu banyak keluhan yang acap kita dengar atau yang kita sendiri perdengarkan kepada orang lain tentang kegagalan serta berbagai permasalahan juga beban hidup. Mungkin sekali kita juga tidak terluput di dalamnya. Penyebab paling umum dan semua itu jangan-jangan bersumber dari kelakuan kita sendiri, yakni melakukan kecemaran dan merusak kesucian hati nurani kita. Dosa seksual seringkali menjadi penyebab dan batu sandungan yang “menghambat” berkat Tuhan turun atas kita. Penyertaan Tuhan tidak pernah berubah seperti kepada Yusuf. Apa saja yang dia lakukan atau rencanakan diberkati Tuhan dan selalu berhasil. Bahkan orang lain yang berkaitan dengan dirinya pun diberkati Tuhan.

Potret diri yang bagaimanakah yang kita idamkan bagi kita masing-masing? Bagaimana seorang muda menjadikan dirinya fokus penyelamatan Tuhan bagi keluarga bahkan bagi banyak orang serta bangsa-bangsa di sekitarnya? Lihat kepada tokoh Yusuf, dan pelajarilah bagaimana ia menolak rayuan istri Potifar. Maka akan menyusullah keberhasilan sebagai buah dari penyertaan Allah baginya. Mau seperti Yusuf? Jagalah kelakuan sesuai firman Tuhan. Amin!

Sumber: Warta Jemaat HKBP 30 September 2018