Kasih

1 Korintus 13:10-13

Di mana ada kasih di situ ada Tuhan dan di mana ada Tuhan di situ ada kasih. Itu sebabnya kasih itu melampaui apa saja. Rasul Yohanes berkata: “Allah itu kasih”. Waktu kita menyembah Tuhan, kita sedang mengalami dimensi kasih didalam kehidupan. Kalau fondasi ini tidak ada pada kita, apapun yang kita bangun tinggal menunggu waktu untuk runtuh. Kalau kita benar, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita kecuali kalau hidup kita tidak benar. Oleh karena itu jangan pernah takut kalau kita benar tetapi takutlah kalau kita tidak benar. Hanya sekarang ini terbalik, yang tidak benar malah tidak takut sementara yang benar malah takut. Jadi kita tidak perlu takut kalau hidup kita sesuai dengan prinsip firman, Tuhan pasti pelihara kita.

Sebagai orang Kristen kita sedang diproses untuk bertumbuh. Itu sebabnya dalam pertumbuhan ada dua hal: Pertama, kita harus bertumbuh untuk mengetahui tentang Tuhan. Pengenalan akan Allah itu sebuah pertumbuhan. Kenapa kira datang beribadah? Supaya kita mengenal siapa Tuhan. Terkadang orang berlagak kenal Tuhan padahal tanda orang bertumbuh mengenal Tuhan pasti kelakuannya benar. Apa yang kita sembah, itu adalah teraplikasi dalam semua aspek kehidupan dalam hidup sehari-hari. Kita bertumbuh ke arah pengenalan akan Tuhan, hanya pengenalan itu terbatas bahkan nubuatan pun terbatas. Jadi semua pengetahuan apapun terbatas. Tetapi pertumbuhan yang harus kita alami yaitu bertumbuh dalam kasih, inilah yang harus kita kejar sebab ada korelasi yang sangat dekat antara orang jadi dewasa dan orang mengaplikasikan kasih dalam hidupnya. Orang tidak mungkin dewasa kalau dia tidak hidup dalam kasih, itu sebabnya jangan mengukur orang karena dia hebat dalam berkhotbah, jangan mengukur orang karena posisi dalam pelayanan, jangan mengukur orang karena gelar tetapi ukurlah apakah aplikasi kasih ada di dalam dirinya? Sebab sangat erat sekali hubungannya antara orang dewasa dengan mengaplikasikan kasih dalam hidupnya. Tidak ada contoh lain dalam hidup ini yang bisa mencontohkan kasih begitu nyata, begitu praktis kecuali salib.

Ada kalanya kita penuh kecurigaan, penuh asumsi terhadap pasangan kita, karena kita mencari alasan dari sisi-sisi luar terus menyangkut latar belakang keluarga, pendidikan dan lain sebagainya, dan kita hanya melihat dari sisi luar saja tetapi setelah kita mencoba memikirkan baik-baik, sebetulnya semua konflik atau pertengkaran hanya satu problemnya yaitu karena kita tidak bertumbuh dalam kasih. Karena itu kasih definisinya adalah respon ilahi terhadap kekurangan dari orang yang ada di sekitar kita. Karena kita hidup dalam kekurangan, maka isteri kita harus hidup dalam kasih, karena isteri kita penuh kekurangan, maka kita harus hidup dalam kasih. Karena itu kalau kita bertumbuh, harus bertumbuh dalam kasih.

Apakah kita mau bertumbuh dalam kasih? Pertumbuhan dalam kasih itu harus melingkupi tiga hal : Paulus berkata; “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” Berbicara kanak-kanak dalam hal ini bukan soal umur tetapi soal sifat kekanak-kanakan. Hal ini soal sikap bukan fisik. Karena ada orang muda tetapi sifatnya dewasa dan rohaninya kuat, di hadapan Tuhan dia dewasa sebab kedewasaan itu bukan soal usia tetapi kedewasaan itu soal apakah hidup ini berani mengambil tanggungjawab atau tidak. Pertama, kasih itu barus menguasai cara berpikir kita. Pikiran kita itu harus harus dipengaruhi pikiran kasih. Ciri orang yang tidak dewasa pada kasih, tidak pernah mau belajar pada orang lain, kecenderungan menganggap orang lain berada di bawahnya dia dan sifat ini kekanak-kanakkan. Itu sebabnya orang yang tidak dipengaruhi kasih, hidupnya penuh egois dan susah berbicara pengorbanan maupun memberi. Orang yang hidup dalam kasih pasti selalu memikirkan kepentingan orang lain dan tidak memikirkan kepentingan sendiri. Waktu kita mengaplikasikan kasih kepada orang lain, kita sedang melakukan kehendak Allah dan kalau kita mengutamakan kasih, yang lain itu akan ditambahkan. Sebaliknya ketika kita tidak berpikir kasih, sulit kita menjadi dewasa. Oleh karena itu investasikan hidup kita untuk bertindak di dalam kasih.

Kedua, perasaan kita barus dikendalikan atau dipimpin oleb kasih. Perasaan-perasaan yang penuh dengan kebencian, penuh dengan kekosongan kalau bicara tentang kasih pasti susah. Itu sebabnya kalau orang tidak dikuasai kasih perasaannya, susah berbicara tentang misi, melayani, memberi. Yang Tuhan mau adalah kasih itu harus sampai melingkupi perasaan kita. Bicara perasaan sangat dekat dengan ego hidup kita. Seorang kanak-kanak, dimensi kasihnya hanya sampai pada perasaan, tetapi orang dewasa harusnya kasih itu pada satu dimensi yaitu keputusan, inilah yang disebut kasih. Walaupun dia benci saya, saya putuskan untuk tetap mengasihi dia, walaupun dia tidak suka pada saya, saya tetap akan berbicara positif tentang dia, walaupun dia melecehkan saya, saya akan tetap menghormati dia. Inilah yang disebut kasih tanpa syarat. Oleh karena itu kalau kita tidak disentuh dan dikuasai kasih, percuma. Kita harus kagum dengan figur Yesus, walaupun Dia dikhianati oleh murid-murid-Nya, ditinggal lari dalam keadaan sendirian tetapi perasaan-Nya dipenuhi kasih. Orang yang mengkhianati Dia, tetap diterima-Nya. Petrus menyangkal Yesus tiga kali, tetapi Dia tetap menerima. Oleh karena itu, orang boleh senior, punya jabatan, punya gelar, pengalaman pelayanan, orang boleh hebat pada apapun tetapi kalau area perasaannya tidak dipenuhi oleh kasih, susah dewasa.

Ketiga, kasih itu harus melingkupi perkataan kita. Kata perenungan dalam pengertian Ibrani mempunyai arti: belajar lewat mengatakan. Karena apa yang kita ucapkan harus muncul dari hati oleh karena itu orang yang hidupnya dipenuhi kasih, cara bicaranya berbeda. Seperti Tuhan dengan firman-Nya demikian manusia dengan perkataannya. Oleh karena itu bertumbuhlah dalam perkataan yang dipenuhi oleh kasih sebab perkataan kita menciptakan atmosfer. Kasih itu selalu membangun, kasih tidak pernah meruntuhkan, kasih tidak pernah menghancurkan karena kasih melampaui apa saja.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 5 Agustus 2018