Resiko Pengiringan

Apa yang saudara lakukan seandainya saudara menjadi Petrus dalam Matius 26:69-75? Mungkin ada yang menjawab: “Aku tidak akan menyangkal Dia apapun resikonya.” Memang idealnya demikian, tetapi benarkah dalam kondisi kritis seperti itu saudara tetap setia? Berteori gampang tetapi prakteknya yang sulit. Ternyata Petrus murid terkemuka gagal bertindak setia di saat kritis, yaitu ketika ia berkesempatan menunjukkan kesetiaannya kepada majikannya. Ia gagal walau ia sudah mengucapkan janji setianya, bahwa ia rela bukan saja masuk penjara, bahkan mati pun bersama Yesus.

Kisah ini merupakan gambaran dari kehidupan sebagian orang Kristen hari ini. Pada saat berkesempatan berkarya bagi Tuhan mereka menolaknya. Penolakan ini dikarenakan resiko besar yang harus ditanggungnya. Padahal kesempatan seperti itu tidak diberikan kepada semua orang dan sangat terbatas. Terbatas dalam jumlah dan waktunya. Untuk karir, bisnis dan jodoh mengingat kesempatan terbatas baik dari jumlah dan waktu, orang berani beresiko tinggi, tetapi mengapa kita tidak berbuat sama untuk pekerjaan-Nya? Apakah kita lupa bahwa kehidupan yang kita miliki hari ini, jaminan keselamatan dan segala fasilitas berkat yang ada pada kita adalah anugerah kebaikan-Nya?

Tuhan menghendaki kita hidup dalam pengiringan yang benar; bukan hanya ikut-ikutan. Ikut-ikutan artinya mengikut Yesus tanpa mengerti maksud pengikutan tersebut. Mengiring Yesus bukan saja pada waktu menerima segala fasilitas berkat yang diberikan oleh “tuan” besar dari Sorga tetapi juga pada saat menghadapi tugas dari Bapa. Ini barulah disebut kesetiaan, yaitu pada waktu harus memikul beban atau resiko pengiringan kepada Yesus. Sebab mengiring Yesus berarti turut serta memikul tugas Bapa yang harus ditunaikan. Banyak orang Kristen yang gerak hidupnya bisa dibahasakan dengan kalimat: “Aku tidak kenal orang itu”. Tindakan hidup setiap kita menunjuk apakah kita mengenal Dia atau tidak mengenal-Nya. Kalau kita mengenal Dia, berarti kita mau sepenanggungan dengan Dia.

Perlu kita mengerti bahwa karya salib Tuhan Yesus tidak berhenti sampai bukit Kalvari, tetapi karya salib atau keselamatan tersebut harus sampai ke ujung bumi. Siapakah yang akan meneruskan kalau bukan kita? Yesus berkata, seperti Bapa mengutus Dia, Dia mengutus kita (Yoh 20:21). Bila kita mengaku mengenal Dia sebagai sahabat-Nya, maka kita mau memikul beban pelayanan bersama dengan Dia. Kita harus belajar seperti Yesus yang tidak mempertahankan nyawa-Nya. Tidak mempertahankan nyawa artinya tidak egois dan mau memperhatikan kepentingan pekerjaan Tuhan yang besar dengan segala pengorbanannya. Maukah?

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 23 Agustus 2009.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *