Tuhan, Masihkah Mau Mendengar Doaku?

Kel 32:7-14

Salah satu keistimewaan orang percaya, yang tidak dimiliki oleh orang yang tidak percaya adalah kesanggupannva berkomunikasi dengan Tuhannya. Komunikasi itu menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan; di sana dia dapat menyampaikan semua isi hatinya, baik keluhan, pergumulan atau permohonan maupun suasana hatinya yang bersukacita. Komunikasi itu dikenal dengan istilah : Doa – Pray – Tangiang. Kita sebagai orang Kristen sejak kecil telah dibiasakan oleh orangtua kita untuk berdoa, sehingga tidak merasa aneh jika kita melihat orang lain berdoa, malah kita paham betul mengapa dia berperilaku seperti itu. Bagi kita berdoa adalah berbicara kepada Allah dengan bahasa yang kita mengerti. Saat berdoa itu kita menyampaikan semua isi hati kita kepada Tuhan. Tidak sedikit di antara kita yang menangis tersedu-sedu saat berdoa, bahkan ada yang histeris seakan dia berteriak-teriak dengan suara kuat seakan dunia ini mau meledak. Namun demikian, ada juga orang yang berdoa hanya dengan mulut yang komat-kamit; kita tidak mendengar sepatah kata pun dari mulutnya. Aneka ragam memang cara yang kita ketahui dilakukan orang saat berdoa. Namun yang jelas semuanya itu adalah cara manusia untuk berinteraksi dengan Tuhan yang disembahnya itu.

Nas khotbah kita minggu ini berkisah tentang Musa yang sedang bercakap-cakap dengan Allah. Mereka sedang berbicara tentang Dasa Titah yang ditulis Allah untuk disampaikan kepada umat Israel. Saat Allah dengan Musa sedang berbicara terjadi perubahan besar dikalangan umat Israel. Bangsa Israel berkhianat kepada Allah dengan menyembah ilah lain. Akibat perubahan itu, maka Tuhan marah besar. Tuhan memberitahu rencana-Nya kepada Musa hendak memusnahkan bangsa yang berkhianat itu. Dialog antara Allah dengan Musa sebagai akibat dari pengkhianatan bangsa Israel layak kita perhatikan saat kita berkomunikasi dengan Allah. Musa menjadi gambaran orang yang matang dalam tugasnya tidak mengambil kesempatan dalam kekeruhan. Musa menyadari posisinya sebagai pihak yang harus mendahulukan umat yang besar itu. Musa justru membela posisi umat Israel tanpa harus membenarkan perbuatan dosa mereka. Dosa bangsa Israel tetap dosa, namun masa depan mereka harus dipertahankan. Itu prinsip Musa. Ternyata Musa sanggup melunakkan hati Tuhan. Tuhan batal memusnahkan bangsa Israel oleh karena permohonan Musa.

Komunikasi yang baik antara kita dengan Tuhan dapat menjadikan keadaan di sekitar kita aman dan nyaman. Sebaliknya suasana tidak tenteram pun di lingkungan di mana kita berada bisa terganggu, jika kita tidak komunikatif dengan Tuhan. Semuanya tergantung kepada isi hati kita. Apakah kita lebih mendahulukan kepentingan kita atau kepentingan Tuhan? Dari kasus Musa yang kita dalami ini, terlihat bagaimana Allah berkenan memenuhi permohonan Musa, walau Allah sedang dalam keadaan marah besar. Permohonan kita akan dipenuhi Allah jika berisikan hal-hal yang dapat memberi kesempatan kepada orang lain untuk berubah. Sikap yang sebaiknya kita teladani dari Musa. Oleh sebab itu beritahukanlah kepada Allah dalam doamu apa yang mengganjal di hatimu yang menghalangi semua pihak menikmati anugerah Tuhan. Tuhan tentu mendengar doamu. Percayalah. Jangan ragukan kebaikan Tuhan. Tunjukkan kebaikan hatimu melalui doamu. Tuhan menjawab semua isi doamu pada waktunya. Selamat berdoa. Tuhan menguatkanmu. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 6 Mei 2018