Menjadi Saksi Kebangkitan Kristus

Kis 10:39-43

Selamat Hari Paskah! Kebangkitan Yesus dari kematian telah mengubahkan secara mendasar sikap perilaku dan pandangan keagamaan orang Yahudi. Keyahudian pun bukan lagi ras atau golongan dan agama yang utama. Kebangkitan Yesus bahkan telah mengubahkan pandangan tentang Agama. Bahwa semua orang, tanpa terkecuali, dapat menerima Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh yang dijanjikan oleh Yesus sebelum Ia naik ke sorga yang akan dikaruniakan kepada para murid-Nya. Oleh Roh Kudus seseorang boleh menjadi pengikut Kristus dan dibaptis. Baptisan itulah pertanda bahwa seseorang telah menjadi pengikut dan milik Yesus Kristus. Dengannya setiap orang, siapa saja, tanpa terkecuali, telah menjadi milik Kristus dan pewaris kerajaan sorga dan hidup kekal.

Petrus datang ke rumah Kornelius, seorang perwira tentara Romawi, dari pasukan Itali, di Kaisarea. Semula ia tidak pernah dan memang tidak mau bertemu apalagi singgah di rumah seorang non-Yahudi sebagaimana ajaran yang dianutnya. Sebab seorang Yahudi tidak boleh bergaul dengan orang non-Yahudi. Namun Roh Tuhan memaksanya dengan suatu cara yang unik dan menarik (baca ay 1-33). Darinya ia jadi berkesimpulan bahwa “Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Allah dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. (ay 35). Pengakuan ini adalah perubahan mendasar pemahamannya tentang keagamaan. Bahwa agama, ras dan golongan tidak dapat membatasi orang untuk menjadi pengikut Yesus.

Pemahaman kita bahkan semua orang pada umumnya acapkali sama seperti Petrus sebelumnya sebagaimana juga dianut oleh orang-orang Yahudi. Mereka adalah golongan yang istimewa karena keturunan Abraham. Namun oleh Yesus Kristus telah dirobohkan. Terutama oleh kebanqkitan Yesus, para murid Yesus, yaitu rasul-rasul, memberitakan Injil kepada semua orang dari berbagai ras dan golongan. Keyahudian mereka bukan lagi yang utama, sehingga mereka pun boleh bergaul serta memberitakan Injil Yesus Kristus kepada semua orang. Itulah kekristenan yang juga kita anut. Namun sayangnya, kita pun sekarang kembali jatuh lagi pada sikap dan pemahaman semula sebagaimana orang Yahudi. Eksklusivisme menjadikan orang terkotak-kotak dengan identitas Agama, Ras dan Golongan. Karena itu, kekristenan pun kembali jatuh dan terperosok pada konsep “Agama” yang eksklusif. Padahal pengalaman dan kesaksian Petrus dalam nas ini telah membongkar dan merubuhkan sikap dan pemahaman seperti itu. Sebab bagi Yesus tidak ada siapa pun manusia yang tidak layak menerima Injil keselamatan. Justru Yesus memerintahkan kepada para murid-Nya, yakni rasul-rasul Yesus Kristus, untuk memberitakan kabar baik itu agar semua orang boleh percaya dan menjadi pengikut Yesus.

Bagaimana mungkin seseorang menjadi percaya dan mengikut Yesus bila kita sendiri pun tidak mau bergaul akrab dengan mereka? Bagaimana mungkin kita dahulu, nenek moyang dan orangtua kita, menjadi pengikut Yesus apabila para misionaris tidak datang ke Tanah Batak? Bagaimana pula kita menjadi percaya jika tidak ada orang yang menceritakan dan memberitakan Injil kepada kita? Itulah rantai pemberitaan Injil yang harus kita hayati. Bahwa setiap orang percaya, tanpa kecuali, harus menjadi pemberita Injil. Itu bukan hanya tugas Pendeta dan pelayan tahbisan lainnya. Pelayan tahbisan, apalagi Pendeta, sangat terbatas dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus. Mereka hanya sanggup melakukan hal-hal yang formal untuk membekali umat di dalam jemaat. Karena itu, semua orang percaya harus memberitakan Injil. Dan Injil Yesus Kristus tidak dapat dibatasi oleh Agama, Ras dan Golongan, tapi untuk semua. Tanpa kecuali! Itulah makna Paskah bagi kita. Amin!

Sumber: Warta Jemaat HKBP 1 April 2018