Menggali Harta Karun Kehidupan

Matius 13:44-46

Dari kata menggali berarti ada usaha, ada suatu tindakan aktif dari diri seseorang untuk dia mau mendapatkannya karena ada banyak orang sudah disediakan tetapi tidak mau mendapatkannya. Kenapa hal ini terjadi? 1. Karena meremehkan. 2. Tidak menarik. 3. Karena bersikap masa bodoh. Tetapi bagi kita orang percaya harta karun yang Tuhan berikan kepada kita bersifat abadi.

Dalam ayat di atas dijelaskan ada penambang dan ada pedagang. Ada perbedaan antara penambang dan pedagang yaitu menyangkut dua profesi yang berbeda akan tetapi dari kedua profesi yang berbeda, punya nilai yang sama, punya keinginan yang sama yaitu keuntungan. Manusia menghendaki dalam hidupnya akan selalu mendapatkan keuntungan baik dalam profesi kita sebagai pedagang, pebisnis, profesional kita membutuhkan keuntungan dan keuntungan ini kita inginkan supaya bertambah-tambah dan tidak stagnan tetapi terus bertambah sempurna. Ketika pedagang dan penambang mendapatkan hasil, Alkitab mencatat ada satu suka cita yang lahir dari sebuah penemuan hasil. Berarti hasil itu menentukan suka cita kita. Kalau kita kerja dalam sebulan dan mendapat gaji ini sebuah keuntungan sehingga kita bersuka cita akan tetapi suka cita yang dihasilkan dari sebuah keadaan, tidak membawa kepada keabadian.

Suka cita itu bernilai abadi. Kalau suami mengerti nilai hidup istrinya dan istri mampu menilai nilai suaminya maka dari sikap hidup kita akan temukan suami akan mengasihi istri dan istri akan mengasihi suaminya karena dia tahu kesadaran suka cita itu terletak di dalam batinnya. Akan tetapi kalau keduanya tidak saling mengerti maka yang muncul adalah sebuah percekcokan. Ketika kita sibuk kerja dan lembur lalu pulang malam kemudian saat kita pulang, istri kita menyambut dengan respon negatif maka suka cita yang ada pada kita akan hilang, kalau suka cita kita hilang maka suka cita kita bergantung keadaan sedangkan suka cita dari Allah tidak bergantung kepada keadaan tetapi bergantung antara relasi atau hubungan kedekatan kita dengan Tuhan. Karena itu antara penambang dan pedagang dalam konteks ini mempunyai profesi yang berbeda akan tetapi punya keuntungan yang sama, dalam hal ini nilai itulah yang dipetik. Hal kerajaan sorga pun sama agar supaya harta itu tidak hilang, menjadi milik kekal, menjadi milik kita selama-lamanya, apa yang harus kita lakukan?

Pertama, dalam Kolose 2:3, “Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” Suka cita atau keuntungan akan menjadi milik kita itu diperlukan hikmat, atau pengetahuan tentang Allah itu sendiri karena itu penambang maupun pedagang menjual segala miliknya artinya dia mengabaikan hal-hal yang bersifat sementara atau dunia digantikan dengan sifatnya yang abadi itulah nilai kerajaan sorga. Hikmat inilah yang akan memampukan kita mengerti dan mengenal Allah dengan baik lewat firman, lewat perenungan, lewat persekutuan pribadi dengan Tuhan, lewat ibadah-ibadah maka nilai sorga itu akan menjadi milik kita bukan hanya sesaat akan tetapi selama-lamanya. Kadangkala dalam menggali itu tidak gampang dan perlu harus terus berjalan, dalam berdagang menawarkan sesuatu itu tidak gampang, butuh sebuah pengorbanan, butuh sebuah kerja keras, butuh semangat. Sama halnya untuk mengenal Tuhan, butuh kerja keras, butuh semangat, butuh ketaatan, butuh ketekunan, butuh kesetiaan. Tidak langsung ketika kita datang ke gereja dan langsung berubah hidup kita, kadang kala dalam hidup ini Tuhan membawa kita kepada hal-hal yang tidak menyenangkan, kadangkala Tuhan membawa kita kepada tanah yang tandus dan tidak ada mata air di dalamnya akan tetapi Tuhan mengijinkan itu terjadi agar supaya ketangguhan iman kita bisa teruji. Terkadang tiba-tiba ada orang yang datang memfitnah kita, memfitnah keadaan kita dan bicara yang kurang enak kita dengar, kalau hal itu diijinkan Tuhan dan terjadi dalam hidup kita, maka jangan kita menyerah, jangan mengeluh, ada kalanya dalam hal ini kita dituntun oleh Allah untuk belajar dari arti kesabaran itu. Apakah itu mengecewakan atau tidak, maka hikmat itu diperlukan untuk mengerti. Karena itu jangan pernah ijinkan keadaan disekitar kita mempengaruhi batin kita karena suka cita itu adalah surga dan tidak bisa dipengaruhi dengan keadaan dunia. Nilai atau keuntungan ini tidak akan pernah bisa diukur karena ada di dalam batin kita.

Kedua, dalam II Korintus 4:7, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami”. Tanpa kita sadari bahwa di tengah-tengah kekecewaan, di tengah-tengah putus asa, tanpa kita menyanyi tapi kekuatan Dia itu bisa datang sehingga membuat air mata kita mengalir dan itu bukan air mata kesedihan tetapi air mata kekecewaan yang sudah terbuang dan Tuhan gantikan dengan suatu suka cita, itu kekuatan dan bukan berasal dari diri kita tetapi berasal dari sebuah kesadaran bahwa kita ingin menyentuh Tuhan, batin kita ingin bertemu dengan Tuhan. Kita pernah berdoa di tengah-tengah kesedihan dan kekecewaan, kita tidak perlu bicara tiba-tiba kita berlinang air mata tetapi di situlah kekuatan itu muncul, Allah memberikan kekuatan itu bukan setengah-setengah tetapi penuh bahkan melimpah-limpah. Oleh sebab itu kalau kita tahu bahwa suka cita itu sifatnya abadi, mari kita pergunakan hikmat pengetahuan dan yang kedua sadari bahwa kekuatan yang datang dari Allah itu berlimpah-limpah artinya sekalipun kita mengalami kekecewaan, suatu keputusasaan, pergumulan, masalah, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita karena Tuhan tetap pelihara kita. Oleh karena itu suka cita kita tidak boleh rusak oleh keadaan, kita harus memiliki hikmat untuk diajar mengerti. Ada kalanya hal itu diajarkan oleh Tuhan supaya kita tahu keprihatinan dan pada saat kita sadar bahwa hidup itu berat, Tuhan tetap menjamin bahwa kita lebih dari pemenang.

Sumber: Warta Jemaat Gereja Duta Injil 21 Januari 2018