Tinggallah Di Dalam Tuhan

Yohanes 15:1-8

Selamat Tahun Baru! Kita telah masuk dalam Minggu-minggu Setelah Epiphania, yakni setelah tanggal 6 JANUARI sebagai Hari Epiphani. “Epiphania” (berasal dan kata: Epi+Phania – bhs Yunani) artinya: penampakan atau pengungkapan wajah: yang dimaksud adalah wajah Tuhan. Biasanya nas firman Tuhan adalah sekitar peristiwa Tiga Orang Majus (Mat 2) dan Simeon juga Hana (Luk 2) yang bertemu Yesus, Sang Mesias dan Raja yang baru lahir dan datang ke dunia melawat umat manusia. Dalam Almanak HKBP 2018 tertulis “Minggu EPHIPANIAS’.

Dalam nas Yoh 15 ini Yesus mengungkapkan diri-Nya kepada para murid sebagai Pokok Anggur milik Bapa-Nya yang mempunyai banyak ranting. Selaku Pemilik, Bapa-Nya selalu memperhatikan Pokok Anggur milik-Nya dan membersihkan setiap ranting yang ada pada-Nya dengan maksud dan tujuan agar berbuah yang baik dan banyak. Setiap ranting yang tidak baik dan tidak berbuah dipotong agar tidak mengganggu proses pertumbuhan dan hasil sebagaimana dikehendaki-Nya. Pokok Anggur yang dimaksud adalah diri Yesus sendiri.

Bagi orang Israel dalam masa Yesus, tumbuhan dan buah anggur adalah pohon yang menghasilkan minuman yang sangat diminati dan bernilai khusus dalam kehidupan dan tradisi masyarakat umum. Anggur adalah minuman kaum terhormat, menyangkut kepribadian yang dimuliakan. Walaupun ada saja kalangan tertentu menyalahgunakannya dengan nafsu sehingga dapat memabukkan dan bahkan jadi berperilaku tidak terhormat, makna minuman Anggur tidak dapat dipisahkan dari kehidupan yang bermartabat. Maka bila seseorang telah memaknainya dengan benar, Anggur adalah minuman yang dihasilkan dari sebuah proses agrikultur (pertanian) dan nilai-nilai perilaku terhormat yang patut dipelihara dan dilestarikan menjadikan umat manusia yang bermartabat mulia.

Sang Pemilik yaitu Allah Bapa juga telah menjadikan kita bagian dari Pokok Anggur-Nya, yakni Yesus Kristus. Oleh dan di dalam Yesus Kristus, Putera Tunggal-Nya, kita adalah juga anak-anak-Nya. Dari diri kitalah Allah mengharapkan dapat memetik buah yang baik dan menyegarkan hati-Nya, yang membuat diri kita menjadi bermartabat dan terhormat. Kita sebagai ranting terhisab pada kemuliaan dan martabat Allah selama kita melekat di dalam Dia, Sang Pokok Anggur, dan sekaligus juga Sang Pemilik. Hanya dengan tinggal di dalam Dialah kita dapat berbuah dan bermartabat mulia di hadapan-Nya. Di luar dan tanpa Dia, kita bukan apa-apa. Bahkan dalam kiasan nas ini dikatakan secara eksplisit dan gamblang bahwa kita hanya akan dipotong, dicampakkan lalu dibuang ke dalam api untuk dibakar. Sebaliknya, bila kita tinggal di dalam Dia, kepada kita diberikan jaminan dan garansi bahwa apa saja yang kita minta di dalam nama-Nya akan diberikan oleh Bapa. Itulah yang Dia mau, supaya Bapa kita dipermuliakan baik oleh Dia mau pun oleh kita.

Bagaimanakah kita pada tahun baru 2018 ini? Adakah kita sebagai ranting yang telah dibersihkan Allah, selaku Sang Pemilik, dan berbuah yang baik dan lebat? Apakah kita tetap tinggal dan tumbuh melekat di dalam Yesus? Dapatkah kita menyenangkan hati Allah dengan buah-buah kehidupan kita? Bagaimana supaya kita menjadi manusia yang bermartabat mulia? Selaku umat Tuhan dan orang Kristen, sejauh mana buah kehidupan kita menyenangkan hati Allah sekaligus memberikan kenikmatan bagi orang lain serta berkarakter dan kepribadian yang mulia? Lebih dari itu, bahkan dengan keberadaan dan hidup kita Allah, Bapa kita, mau menjadi mulia. Allah dan sesama kita dipermuliakan oleh kita hanya apabila kita tinggal di dalam Yesus.

Selamat menjalani Tahun Baru 2018 dan selamat menjadi makhluk mulia!

Sumber: Warta Jemaat HKBP 7 Januari 2018