Ini adalah kisah kesengsaraan yang dialami oleh bangsa Israel, ketika dibuang ke negeri asing berakhir. Mereka yang pastinya hidup menderita di tanah pembuangan, sekarang boleh pulang ke rumah mereka sendiri di Tanah Perjanjian seperti yang dijanjikanNya. Kata mereka: “Ini seperti orang yang sedang bermimpi” (ayat 1). Ibarat jika seseorang yang terus menerus ditimpa kesulitan dan kemudian terselesaikan seperti itulah yang dialami oleh bangsa Israel. Mereka berkata lagi: ” ..kita tertawa .. bersorak-sorai ..bersukacita ..karena Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita” (ayat 2-3). Akan tetapi, ayat 4 menjelaskan bahwa ketika mereka berjalan pulang hingga sampai di Tanah Perjanjian itu, mereka sekarang berjumpa dengan ‘kesengsaraan yang lain lagi’. Perjalanan pulang ke Israel dari Babel waktu itu sungguh tidak mudah. Dan sesampainya di ‘rumah’, apa yang mereka lihat? Kondisi ‘rumah’ yang sudah hancur, berantakan.
Dan itulah arti sesungguhnya dari kehidupan kita: Berjalan melewati kesengsaraan demi kesengsaraan sambil terus berseru dan berjuang: “memulihkan keadaan: Tuhan pulihkanlah keadaan kami”. Ayat 5-6 merupakan kunci bagi kita untuk terus menemukan nikmatnya sebuah kesengsaraan yang kita hadapi hari ini. Kata orang “ada hikmahnyalah di balik semua penderitaan kita hari in!”. Bagi Pemazmur, Tuhan itu adil. Tuhan memberi keadilan bagi manusia. Tuhan memberi keadilan bagi umatNya. Karena keadilan Tuhan itu pula, maka pemazmur mengajak umat Tuhan untuk senantiasa melakukan segala perintah Tuhan. Perintah Tuhan itu terkadang sulit tapi Tuhan akan memberkati melebihi kesulitan yang melakukannya. Pemazmur menggambarkan hidup orang percaya seperti kehidupan petani. Mereka memang harus berlelah-lelah mencangkul tanah, menabur benih, dan merawatnya. Atas semua yang telah dilakukan, mereka meletakkan pengharapan pada pertumbuhan benih yang ditabur. Dan ketika tiba waktunya, para petani menuai hasilnya. Mereka membawa pulang hasil panennya dengan sorak-sorai. Demikian umat Tuhan boleh pulang dari pembuangan dengan sukacita dan menikmati keadilan Tuhan.
Beberapa prinsip yang bisa kita gunakan untuk mengaminkan tema kita hari ini, “sengsara yang membawa nikmat” adalah …Di dalam Kristus, Allah menata ulang umatNya yang telah dirusak oleh dosa, pemulihan telah dilakukan oleh Allah melalui Yesus Tuhan dan Juruselamat kita. Hidup yang kita terima adalah anugerah dari kasihNya yang besar. Tuhan memberikan kita hidup yang baru dan Tuhan jugalah yang memberikan kita kehidupan. Sehingga apakah yang harus kita takutkan jika Tuhan yang memberikan kehidupan kepada kita? Inilah pengharapan kita pada minggu Advent ketiga ini. Tuhan datang untuk memulihkan kita. Tak ada untungnya kita menengok ke belakang bila yang kita dapati hanyalah terus menyesali diri. Tetap berjalan maju sambil melakukan sesuatu untuk memulihkan kondisi kehidupan kita, walaupun hari ini kita menjalaninya dengan menangis. Suatu hari nanti, cepat atau lambat, bila kita tetap berjalan maju, tidak diam di tempat saja, maka kita “pasti pulang sambil membawa berkas-berkasnya”. Itulah kenikmatan di balik kesengsaraan yang kita tangisi hari ini. Amin.
Sumber: Warta Jemaat HKBP 17 Desember 2017