Tuhan Datang untuk Menepati JanjiNya

2 Petrus 3:8-15a

Pada minggu Advent II ini, melalui nas 2 Petrus 3 :8-15a kita diajak untuk merenungkan bagaimanakah kita menantikan kedatanganNya. Menantikan adalah sesuatu yang sangat membosankan, apalagi yang dinantikan adalah kedatangan Yesus yang kedua kalinya, yang tidak diberitahu kapan dan tanggal berapa Dia datang. Karena sudah begitu lama menanti, sepertinya kedatanganNya tertunda (delay), boleh jadi belum datang karena sesuatu hal atau mungkin karena masih ada atau banyak orang yang belum bertobat dan belum menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. KedatanganNya untuk membinasakan orang yang tidak percaya dan menyelamatkan orang yang percaya kepadaNya. Allah masih memberikan kesempatan. Boleh jadi kita tidak sabaran menanti, karena tidak sabar maka kita tinggalkan begitu saja atau karena kelelahan – kita menjadi tertidur. Pada Advent II kita diingatkan agar tetap waspada, bersiap dalam iman dan tetap setia menantikan kedatanganNya’ Bila Dia datang “kita tidak kedapatan bercacat dan bernoda di hadapanNya (ay. ]4 bnd. ay. II)”.

Surat 2 Petrus mengingatkan kita akan hari kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya (parusia). Kapankah kedatanganNya? Konsep waktu Tuhan dengan waktu manusia sangatlah berbeda. Di dalam ayat 8 dikatakan bahwa “di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari” (bnd. Mazmur 90:4). Mengenai waktu kapan kedatangan Tuhan itu adalah merupakan otoritas ataupun kuasa Allah. Namun yang penting dalam menantikan kedatanganNya adalah kita harus menantikanNya dengan sabar dan tekun.

Walaupun banyak orang yang berpikir dan beranggapan pada waktu itu bahwa Tuhan itu lalai atau lambat memenuhi janjiNya. Tuhan itu sabar dan punya rencana supaya semua orang berbalik dan bertobat agar mendapat keselamatan. Manusia diberi waktu agar mengevaluasi dirinya untuk bertobat, berubah sikap dari yang tidak baik menjadi baik. Tuhan masih memberikan waktu dan kesempatan bagi kita. Kedatangan Tuhan digambarkan seperti kedatangan pencuri (hari Tuhan akan tiba seperti pencuri), kita tidak tahu waktunya; karena Tuhan tidak mengumumkannya atau memberitahukannya terlebih dahulu. Langit akan lenyap. bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang dan lenyap. Apakah yang dibuat oleh orang yang beriman kepada Tuhan ? Rasul Petrus mengatakan : sambil menantikan semuanya, kita harus berusaha, “agar kedapatan tak bercacat dan dan tak bernoda di hadapanNya” (ay. 14).

Saat ini kita sedang menantikan dan berjalan di dalam Minggu Advent, kita harus tetap sabar, setia dan tekun. Kesabaran Tuhan harus kita pahami sebagai kesempatan untuk beroleh selamat. Menantikan berarti hidup berinisiatif dan banyak berubah, dinamis dan mengadakan perubahan-perubahan di dalam kehidupan kita. Penantian berarti kita dituntut untuk merubah sikap hidup, perbuatan serta cara berpikir kita yang tidak berkenan di hadapanNya. Kita harus mempersiapkan hati untuk melakukan hal-hal yang positif yang berkenan di hadapanNya. Meskipun ada banyak hal yang mungkin tidak dapat kita terima, kita harus merendahkan hati dan selalu mau hidup di dalam firman Tuhan. Dalam pengalaman hidup, boleh saja hati kita tergores oleh perbuatan orang lain. Namun. kita harus selalu memperhadapkannya pada firman Tuhan dan jangan menganggap diri hebat padahal kita tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Dengan demikian hati kita akan damai dan kita harus menjaga hati kita agar tetap dikuasai oleh Tuhan dan kita senantiasa dibimbing agar menjadi saksiNya. Amin.

Sumber: Warta Jemaat HKBP 10 Desember 2017