Salam minggu Advent
Peristiwa alam yang dilukiskan oleh Yesaya dalam nas adalah peringatan bagi manusia supaya dapat mengenal Tuhan secara lebih benar. Pengenalan manusia akan Tuhan akan membuka hati dan kemudian menyadari bahwa dirinya sebagai orang berdosa. Ungkapan ‘kesalehan kami seperti kain kotor’ (ay.6) merupakan suatu kritik Yesaya atas hidup keagamaan umat Tuhan. Mereka memang menjadi orang saleh (melakukan segala ritual agama) ; datang ke Bait Allah dan mempersembahkan korban sembelihan. Tetapi dalam prakteknya, mereka tidak berlaku adil . Melakukan ritual agama tetapi tidak tampak dalam praktek hidup keseharian adalah ‘kesalehan seperti kain kotor’. Yesus menyebut manusia yang demikian adalah orang-orang munafik.
Hidup yang dilingkupi kemunafikan itulah yang dikritik Yesaya. Itulah dosa umat Tuhan. Yesaya datang kepada Tuhan menundukkan diri dan mengaku dosa bangsa itu. Yesaya berdoa kepada Tuhan, dan memanggilNya sebagai Bapa. Status seorang bapa ditengah-tengah keluarga Yahudi memiliki kuasa penuh. Ia bertanggungjawab melindungi segenap keluarganya, isteri dan anak-anaknya. Konsekwensi dari kuasa itu, maka seorang bapa dapat berbuat apa saja bagi anak-anaknya tanpa ada sanksi apapun. Oleh sebab itu, seorang anak harus taat terhadap bapanya. Tuhan berkuasa penuh atas umat pilihanNya. Yesaya menyebut Tuhan sebagai Bapa dari umatNya. Hubungan Bapa dengan umatNya dilukiskan bagaikan tanah liat dengan pembentuknya. Umat adalah tanah liat yang dapat diperlakukan sesuka si pembentuk; entah diinjak, dilempar, dibuang, atau dibentuk. Yesaya menyadari betapa besar dosa umatNya, sehingga layak mendapat hukuman. Namun, dengan segala kerendahan hati, Yesaya memohon agar Tuhan tidak menumpahkan amarahNya tetapi agar Tuhan memandang (dengan belas kasih) umat pilihanNya.
Kita seringkali merasa sudah benar di dalam hidup ini; pendapat, perlakuan, tindakan, ucapan kita. Seolah-olah kita menjadi orang paling benar, padahal banyak tindakan kita yang tidak sesuai dengan identitas kita sebagai orang Kristen. Kita harus memberlakukan keadilan yang dari Tuhan; baik di rumah tangga, masyarakat, termasuk di dalam persekutuan gereja. Anak-anak Tuhan jangan membungkus diri dengan kesalehan-kesalehan yang sesungguhnya seperti kain kotor.
Kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan Tuhan. Tuhan telah memberikan pengampunan dosa bagi kita. Sesungguhnya kita perlu menyadari maksud Tuhan atas diri kita. Kelepasan kita dari berbagai ancaman hendaknya membuat kita makin mengenal Tuhan. Berbagai peristiwa alam, sekalipun kita masih dapat menanggulanginya tetapi hendaklah itu menjadi peringatan bagi kita. Barangkali tidak salah, apabila berbagai peristiwa alam kita jadikan simbol pengutusan ulang atas panggilan kita sebagai orang percaya.
Doa dan permohonan Yesaya ini telah nyata di dalam diri Tuhan Yesus.Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus umatNya, yang telah dilumuri oleh dosa, Kita dapat memanggilNya Bapa. Ia adalah Bapa yang mau membentuk dan memampukan kita melakukan kehendakNya.
Saat ini dinamakan Advent, Minggu mempersiapkan diri untuk kemudian kita memperingati hari Kelahiran Tuhan Yesus, Pemberi Keselamatan. Melalui minggu ini, kita perlu merenungkan akan segala tindak-tanduk hidup kita; apakah sudah sesuai dengan kehendak Tuhan? Kita perlu berjalan dan berjalan meninggalkan gaya hidup lama, dan membiarkan Tuhan menyentuh hati kita. Kita perlu mempersiapkan diri untuk mampu mengasihi dan menolong orang lain. Demikianlah kita berkenan di hadapan Tuhan. AMIN
Sumber: Warta Jemaat HKBP 3 Desember 2017