Menabur Dosa, Menuai Celaka

Hosea 8:7-14

PENGANTAR

Dalam dunia pertanian, kita mengenal hukum tabur tuai. Jika menabur benih gandum, maka kita akan menuai gandum. Jika menabur benih mangga, maka kita pun akan menuai mangga. Artinya, apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai. Hukum ini juga berlaku dalam segala dimensi kehidupan, termasuk dalam kehidupan beriman. Ketaatan kepada Allah akan mendatangkan berkat, sukacita dan keselamatan seperti yang dijanjikan-Nya. Tetapi ketidaksetiaan dan perbuatan jahat, cepat atau pun lambat akan menimbulkan celaka, dukacita bahkan kematian.

PENJELASAN TEKS

Nabi Hosea (Ibrani: hosyea’, “Allah adalah pertolongan”; “keselamatan”) adalah salah satu dari nabi-nabi pra pembuangan. Ia aktif melaksanakan karya pelayanannya selama kurang lebih 20 tahun di wilayah kerajaan Israel Utara. Nabi Hosea tidak hanya menyampaikan firman Allah secara lisan, tetapi juga menjadikan kehidupan pribadinya, baik sebagai gambaran tentang relasi antara Allah dengan Israel maupun sebagai celaan terhadap sikap Israel yang tidak setia kepada Allah.

Hosea diperintahkan Allah untuk menikahi Gomer, seorang perempuan sundal (1:2). Melalui tindakan itu, Allah ingin menunjukkan kepada Israel bahwa penyembahan berhala yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti perbuatan sundal di hadapan Allah! Hosea juga diperintahkan Allah untuk menamai ketiga anaknya dengan arti-arti khusus yang merujuk kepada sikap Allah terhadap Israel yaitu Yizreel (‘Allah mencerai beraikan’; Hosea 1:4), Lo-Ammi (‘Bukan umat-Ku’; Hosea 1:9) dan Lo-Ruhama (‘Tiada lagi dikasihi’; Hosea 1:6).

Nabi Hosea memang adalah nabi yang berani dan tegas. Dengan lantang ia menyampaikan kritikan dan hukuman Allah terhadap saudara-saudara sebangsanya. Hal ini tampak dalam perikop yang menjadi bahan bacaan kita kali ini yaitu pasal 8:7-14.

Ayat 7
Ketidaktaatan Israel akan mendatangkan hukuman yang menimbulkan kekacauan dan penderitaan dalam seluruh dimensi kehidupan mereka, terutama perekonomian. Israel berbakti kepada berhala yakni dewa-dewi kesuburan, karena mereka menginginkan panen yang berlimpah. Namun sebaliknya, mereka justru tidak menuai apa-apa. Jerih lelah mereka sia-sia!

Ayat 8-10
Israel kala itu berada dalam konstelasi politik yang penuh tekanan, ancaman dan bahaya. Kekuasaan bangsa Asyur semakin menguat, sedangkan kekuatan Israel melemah. Israel pun berusaha mencari bala bantuan kepada Damsyik (Siria) (bnd. 2 Raja-Raja 15:37) yang ada di dekatnya dan kepada Yehuda (kerajaan Israel Selatan). Namun Yehuda menolaknya, dan Israel pun menyerangnya. Alhasil, Israel jatuh ke tangan Asyur pada tahun 721 sebelum Masehi. Mereka pun diwajibkan untuk membayar pajak atau upeti kepada penakluknya. Demikianlah nasib Israel, bangsa yang dipilih Allah. Ketidaktaatan akhirnya membuat kerajaan mereka hilang dari panggung sejarah!

Ayat ll
Istilah ‘Efraim’ di sini merujuk kepada bangsa Israel yang ada di wilayah kerajaan utara. Sedangkan secara historis, ‘Efraim’ adalah nama dari salah satu anak Yusuf atau cucu dari Yakub, yang lahir di tanah Mesir, tanah perbudakan. Karena itu, beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan nama ini oleh Nabi Hosea tentang kebaikan Tuhan di masa lampau terhadap nenek moyang mereka yang menjadi cikal-bakal keberadaan mereka.
Efraim telah berdosa kepada Allah dengan menyembah kepada berhala yaitu dewa-dewi asing. Penyembahan itu dilakukan dengan memberikan korban persembahan di atas mezbah-mezbah, Tidak diketahui dengan pasti apakah mezbah yang digunakan di sini adalah mezbah yang sama seperti yang digunakan untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Namun memperlakukan Tuhan laksana salah satu dewa-dewi yang dapat dipuja dan disembah sesuai dengan kepentingan mereka. Israel lupa bahwa Allah bukan salah satu ilah, melainkan satu-satunya Allah yang berkuasa atas kehidupan mereka. Sikap inilah yang membuat Israel berdosa kepada Allah.

Ayat 12
Penyembahan kepada berhala yang notabene adalah buatan tangan manusia. Bisu, buta dan tidak mampu bergerak membuat bangsa Israel mengalami kondisi serupa dalam kehidupan beriman mereka. Mereka tidak mampu melihat kebaikan Tuhan dan mencintai Firman-Nya. Israel justru menganggap semua itu sebagai sesuatu yang asing. Kata ‘asing’ di sini berarti tidak biasa, tidak dikenal, bahkan tidak disukai. Atau dengan kata lain, kehidupan Israel sudah sangat jauh dari kehendak Tuhan!

Ayat 13
Israel memang tetap beribadah kepada Tuhan dengan melaksanakan ritual pengorbanan (menyembelih hewan atau pun membakar hasil tanah) di atas mezbah. Akan tetapi semua tindakan tersebut tidak diperkenan Tuhan. Sebab Tuhan lebih mencintai ketaatan ketimbang kurban bakaran. Karena itu, Allah sendiri akan menghukum mereka untuk menyadarkan Israel akan dosa yang telah diperbuatnya. Allah akan membiarkan mereka menderita seperti dahulu nenek moyang mereka di negeri Mesir, tanah perbudakan.

Ayat 14
Dosa yang sama juga diperbuat oleh Yehuda (kerajaan Israel Selatan). Mereka meninggalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada kekuatannya sendiri. Yehuda membangun banyak istana dan kota berkubu yang dianggapnya dapat meluputkannya dari tangan musuh. Namun keyakinan mereka itu akan dipatahkan Allah. Allah akan membiarkan semua yang diandalkan Yehuda hancur binasa. Dengan begitu, Yehuda dapat menyadari bahwa Allah berkuasa dan berbalik kepada Dia yang adalah Pembuat mereka!

Sumber: Warta Jemaat GPIB Effatha 6 Agustus 2017