Roll Allah Diam Di Dalam Aku

Roma 8:6-11

Cara pandang Allah berbeda dari cara pandang manusia. Kriteria Allah berbeda dengan kriteria manusia. Kita manusia sering dan masih terikat pada hal-hal yang lahiriah dan fisik. Karena itu cara pandang kita senantiasa terbatas (dibatasi) pada penglihatan dan pandangan mata jasmaniah/lahiriah, dan sulit menembus kepada hal-hal di luar fisik dan materi. Padahal Allah tidak pernah dibatasi (terbatas) pada hal-hal lahiriah, oleh ruang dan waktu secara “kronos” (kronologi: ukuran waktu secara kuantitatif) dan “bios” (biologi: makhluk hidup sebatas hal-hal fisik).

Allah itu adalah Roh. Itulah yang kita hayati dan pelajari selaku orang beriman. Dalam bidang ilmu teologi digeluti sebuah istilah: “pneuma” (pneumatologi ilmu yang menyangkut hal-hal rohani) dan “kairos” (waktu dalam arti kualitatif). Ketika kita berbicara tentang Tuhan/Allah, kita memasuki dunia “roh”. Karena Allah itu adalah Roh, hanya manusia rohani saja yang dapat memasuki dan menyelami serta membicarakannya. Hanya manusia rohani saja yang dapat mengerti dan menyelami serta menikmati hal-hal yang menyangkut Roh dan Allah atau Tuhan. Bagi manusia “dunia” hal-hal seperti itu adalah aneh dan tidak masuk akal. Karena itu, kita dapat mengukur diri kita sendiri dari pertanyaan: Apakah kita termasuk pada manusia rohani atau manusia duniawi, dari ketahanan dan kecenderungan diri kita: Apakah kita suka dan dapat merasakan damai bila membicarakan dan mengikuti (melakukan) hal-hal yang rohani, atau sebaliknya?

Melalui nas hari ini, rasul Paulus memberikan sebuah “alat ukur” untuk kita menguji diri kita masing-masing, apakah kita sudah hidup dalam dan oleh Roh, atau sebaliknya, masih di dalam dan oleh kedagingan? Kecenderungan daging adalah perseteruan dan memberontak terhadap Allah. Namun orang yang telah memiliki Roh Allah akan senantiasa berdamai dan senang akan hal-hal yang rohaniah. Dengan demikian maka kita diajak untuk mengukur dan mengevaluasi diri kita apakah Roh Allah ada diam di dalam kita, dan kita tinggal di dalam Allah; atau sebaliknya, masih tetap di dalam kegelapan dan suka akan hal-hal yang duniawi? Firman Tuhan hari ini menyatakan bahwa seharusnya kita sudah tidak lagi hidup di dalam daging, melainkan sudah dalam Roh. Untuk itu, miliki dan tunjukkanlah betapa hidup kita telah berubah dan berbuah dalam sifat (karakter diri) dan perilaku yang rohani. Apabila kita sudah hidup di dalam Roh, maka hidup kita tidak akan nyaman dan tidak dapat lagi berdamai dalam hal-hal yang duniawi. Karena itu, marilah kita menanggalkan hal yang seperti itu.

Tanpa Roh Allah di dalam kita, sesungguhnya di pandangan mata Allah kita ini tidak lebih dari tulang-tulang kering yang berserakan diterpa teriknya matahari. Atau hanya mayat-mayat (jasad mati) yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, yang sedang menuju pada kebinasaan (api neraka). Namun sebaliknya, bilamana Roh Allah telah ada di dalam kita, sungguh mustahil bila kita masih dapat hidup di dalam kegelapan dan hal-hal yang duniawi. Karena kita adalah anak-anak Allah, tidak mungkin kita dapat hidup di dalam perilaku duniawi yang tersembunyi. Pasti kita akan segera resah dan tak lagi nyaman dengan perilaku dunia dan kebohongan (kepura-puraan). Tuhan pasti akan meluputkan kita dari kecurangan. Amin!

Sumber: Warta Jemaat HKBP 2 April 2017