Segala Yang Bernafas Memuji Tuhan

Maz 150:6

“Haleluya!” Kata ini mengawali dan mengakhiri Mazmur 150. Secara harfiah artinya: “Mari kita memuji Yahwe!” Ucapan ini adalah seruan atau ajakan kepada umat untuk memuji Yahwe. Yahwe adalah nama pribadi Allahnya bangsa Israel, yakni Pencipta semesta alam. Yahwe adalah juga Allah kita. Hanya Dialah yang patut disembah dan dipuji. Tidak ada allah lain kecuali Dia. Dialah yang telah menyatakan kebesaran kasih-Nya kepada kita, orang berdosa. Yesus Kristus telah memberikan diri-Nya sendiri menjadi kurban penghapus dosa sebagai Domba Paskah.

Pengorbanan Yesus inilah yang menjadikan kita selamat dari hukuman Allah atas dosa. Segala dosa kita telah ditanggungkan kepada-Nya. ltulah yang telah kita rayakan pada Jumat Agung dan Hari Paskah, yakni peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Oleh kebangkitan Yesus itu, kita menjadi manusia baru yang telah dilahirkan kedua kali di dalam Roh-Nya, Oleh Roh-Nya itu kita diberikan segala kecerdasan yang merupakan karakter dan potensi Roh yang memampukan kita berkreasi dan menghasilkan karya yang mengagungkan kemuliaan nama Tuhan.

Pemazmur mengajak kita memuji Yahwe, Allah kita, dengan nyanyian yang diiringi berbagai “nafas” instrumental (alat musik). Karena itu kita semua yang telah ditebus-Nya juga sepatutnya memanfaatkan segala alat musik hasil kreasi kita untuk menyembah, memuji dan mengagungkan nama Tuhan. Oleh Roh-Nya, tidak ada lagi alat musik yang tidak boleh digunakan untuk memuji Tuhan Allah, seperti pemahaman sebagian orang. Yang pasti, kita yang sudah dilahirkan keduakali oleh Roh kebangkitan Yesus, sudah berkarakterkan Roh-Nya; bukan lagi karakter daging.

Karena itu, dalam praktek pemujian kita pun, dalam ibadah maupun doa-doa dan penyembahan, tidak lagi ada kebutuhan kita untuk menyenangkan diri kemanusiaan dan kedagingan kita yang masih dikuasai dosa (“kesombongan rohani”, cari nama, meninggikan diri, mempertontonkan diri atau menonton kehebatan orang, dlsb.) yang sesungguhnya perbuatan “mencuri” kemuliaan Allah. Seperti penggunaan kata “Haleluya!” yang diucapkan pada saat berdoa. Begitu juga halnya dengan yang dibiasakan sebagian orang dalam berdoa, “Bagi yang percaya mari kita sama-sama mengucapkan …” Lalu secara serentak mereka mengucapkan: “Amin!” Sebab doa bukanlah himbauan atau komunikasi di antara sesama umat, melainkan relasi dan komunikasi umat dengan Allah yang Mahakudus dan Agung.

Pergunakanlah segala kecerdasan dan potensi akal budi serta karya yang terbaik dengan karakter Roh untuk memuji Tuhan dan Allah kita yang telah bangkit. Hindarkan segala karakter kedagingan manusia lama yang telah dikuburkan bersama-sama Yesus. yang telah mati tersalib. Jangan ambil kembali dosa-dosa yang telah ditanggungkan oleh Yesus di kayu salib. Milikilah karakter Roh dan tinggalkan segala karakter daging. Hiduplah di dalam Yesus yang telah bangkit. Gunakan setiap kesempatan dan waktu yang ada untuk memuji-muji Tuhan Allah. Kembangkan kreatifitas dan potensi kecerdasan Roh yang telah dikaruniakan Yesus semata-mata untuk memuji nama-Nya. Hindarkan segala egoisme dan egosentrisme manusiawi lama kita. Selamat melayani Tuhan dan bersaksi akan Yesus yang telah bangkit!

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 3 April 2016