Kebangkitan Tubuh

1 Korintus 15:12-23

PENGANTAR

Jemaat di Korintus adalah jemaat yang didirikan oleh Rasul Paulus dalam perjalanan Pekabaran Injil yang kedua. Kala itu 18 bulan Rasul Paulus tinggal dan menetap di Korintus dan mendirikan jemaat ini. Sepeninggal Rasul Paulus ada beberapa persoalan yang mengemuka dalam kehidupan jemaat, seperti ancaman terjadinya perpecahan, perselisihan, persoalan moral, persoalan di seputar perkawinan, dan persoalan di seputar peribadatan dan doktrin ajaran tentang kebangkitan tubuh.

Khususnya persoalan di seputar kebangkitan tubuh, merupakan hal yang dipersoalkan oleh karena konteks sosial masyarakat kota Korintus yang mayoritas adalah orang-orang Yunani. Orang Yunani tidak percaya pada konsep kebangkitan tubuh, sekalipun mereka percaya pada keabadian jiwa. Bagi mereka, tubuh adalah lemah dan oleh karena tubuh lemah maka tubuh sangat mudah untuk jatuh ke dalam perbuatan yang mengakibatkan dosa.

Orang Yunani memahami bahwa jalan untuk membebaskan diri dari segala yang berdosa adalah kematian, oleh sebab itu kematian sangatlah dinantikan, karena kematian dapat membuat jiwa terlepas dari belenggu tubuh yang lemah dan berdosa. Bagi mereka, percaya pada kebangkitan tubuh sarna halnya kembali membelenggu keberadaan jiwa ke dalam tubuh, dan hal itu adalah suatu hal yang bodoh dan tidak sepatutnya untuk dilakukan dan dipercayai.

Pemahaman di atas sangatlah mengganggu jemaat di Korintus, oleh sebab itu Rasul Paulus dalam salah satu bagian pada suratnya untuk jemaat di Korintus menjelaskan dan mengemukakan berbagai pokok pikiran tentang kebangkitan tubuh orang mati yang didasarkan pada peristiwa kebangkitan tubuh Yesus Kristus.

PENJELASAN/URAIAN NAS

Ayat 12 : Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati.

Memahami teks di atas haruslah dimulai dengan membaca teks sebelumnya ayat 1 – 10, yang mengemukakan bahwa kebangkitan tubuh adalah benar terjadi pada Kristus, dan peristiwa kebangkitan tubuh Kristus diyakini berdasarkan beberapa bukti ketika Yesus memperlihatkan atau menampakkan diri-Nya secara utuh tubuh sebagaimana yang disaksikan para rasul dan yang disaksikan juga oleh rasul Paulus sendiri. Hal ini hendak menjelaskan bahwa konsep kebangkitan tubuh orang mati, bukan sebuah konsep atau pemahaman yang dicita-citakan tetapi merupakan sebuah pemahaman yang dibangun berdasarkan bukti dan sudah terjadi.

Ayat 13 – 14 : Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.

Pada bagian ini, rasul Paulus menjelaskan secara logika bahwa “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Hal ini juga menegaskan bahwa karena Kristus bangkit maka kebangkitan orang mati juga ada. Demikian halnya/sebaliknya jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah usaha pemberitaan Injil yang dilakukan oleh rasul Paulus, dan sia-sialah iman percaya jemaat di Korintus, namun demikian sesungguhnya semuanya adalah ketidak-sia-siaan, karena Kristus sungguh bangkit dan usaha pemberitaan Injil dan iman percaya jemaat di Korintus tidak akan sia-sia.

Ayat 15 : Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa la telah membangkitkan Kristus – padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.

Pemberitaan Injil dan kesaksian rasul Paulus bukan sebatas memberitakan kebangkitan Kristus tetapi juga memberitakan Allah yang telah membangkitkan Kristus. Oleh sebab itu bagi Rasul Paulus, jika Kristus telah diberitakannya tidak bangkit, maka ia telah berdusta (false witness/saksi dusta) kepada Allah. Catatan penting: Hal ini tentunya juga menjadi sebuah perdebatan logis teologis tentang ajaran suci para nabi Allah, jika benar bahwa Kristus tidak bangkit, karena kesaksian kitab suci berulangkali menegaskan bahwa la yang dinubuatkan oleh para nabti, yakni nubuatan yang berasal dari Allah sendiri, bahwa Anak Manusia akan mati dan akan dibangkitkan, namun jika itu tidak terjadi maka bukan hanya rasul Paulus yang berdusta tetapi Allah dan para nabi-Nya juga turut berdusta oleh karena nubuatan tentang kebangkitan orang mati.

Tetapi yang benar adalah bahwa Allah tidak pernah berdusta dan nubuatan para nabi telah tergenapi bahwa Kristus sungguh telah bangkit, dengan demikian kebangkitan orang mati sungguh benar akan terjadi dan sudah terjadi di dalam Kristus (bdk. Ay. 20).

Ayat 16 – 17 : Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.

Pengulangan ayat 13 dan 14 tampak pada ayat ini, penekanannya pada ayat 17 terlihat pada konsekuensi logis karya penebusan bahwa jika tidak ada kebangkitan Kristus maka tidak ada penebusan dosa dan ini berarti jemaat di Korintus masih hidup dalam dosa yang akan membawa mereka ke dalam kebinasaan dan penderitaan kekal (bdk ayat 18 & 19).

Ayat 20 – 23 : Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dan antara orang mati, sebagai yang sulung dart orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia. demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Pada bagian ayat 20 – 23, rasul Paulus mengemukakan keyakinan iman percayanya, bahwa sesungguhnya Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, dan kebangkitan Kristus menjadi sebuah awal yang akan diikuti oleh setiap orang yang mati, yang akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Hal ini juga hendak menegaskan akan arti pentingnya membangun sebuah persekutuan dengan Kristus yang bukan hanya sebatas dalam pengharapan kebangkitan. tetapi juga sebuah pengharapan akan kehidupan yang kekal bersama Kristus.

Dikutip dari Warta Jemaat GPIB 27 Maret 2016