Roh yang Memerdekakan

2 Kor 3:17

Musa adalah tokoh utama dalam Perjanjian Lama, sebab dialah pendiri (proklamator) bangsa Israel. Taurat Tuhan adalah dasar negara yang akan dibangun bagi mereka di tanah Kanaan, yaitu tanah perjanjian, sebagai tanah air mereka. Taurat adalah hukum Tuhan yang menjadi ikatan perjanjian dan dasar moralitas yang harus diberlakukan oleh setiap keluarga sebagai kurikulum pengajaran nasional bangsa Israel. Ketaatan akan hukum Taurat menjadi penentu kelangsungan hidup yang menjamin eksistensi mereka mendiami tanah Kanaan.

Allah mengaruniakan kemuliaan-Nya kepada Musa setelah selama empat puluh hari ia bersama-sama dengan Allah di gunung Sinai, sehingga kulit mukanya bercahaya. Kemuliaan Musa itu adalah pantulan dari kemuliaan Allah sendiri. Persis seperti bulan yang memantulkan cahaya matahari pada saat malam hari. Kemuliaan tersebut temporer dan pudar. Namun bangsa Israel tidak sanggup bertatap muka memandangnya, sehingga Musa harus menyelubungi wajahnya. Kemuliaan itu tidak dikaruniakan kepada segenap umat Israel karena mereka semua telah berdosa, menyembah kepada patung anak lembu emas di kaki gunung Sinai. Demikianlah kemuliaan di tengah-tengah bangsa Israel.

Kemuliaan Musa itu oleh hukum Taurat tidak diberikan Tuhan kepada segenap bangsa Israel, karena pikiran mereka tumpul dan hati mereka diselubungi dosa. Selubung itulah yang dibuka oleh Yesus Kristus, supaya oleh-Nya semua umat manusia dapat memancarkan kemuliaan Allah. Karena itu sesungguhnya Perjanjian Lama menubuatkan, menunjuk sekaligus melambangkan penggenapan janji Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Itulah yang disaksikan dan dikisahkan di dalam Perjanjian Baru, bahwa kemuliaan yang abadi dan sempurna hanya ada di dalam Yesus Kristus.

Iman Kristen dan Gereja berdiri dan dibangun di atas dasar kedua Perjanjian: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama menghantarkan orang kepada Yesus Kristus. Perjanjian Baru membukakan selubung Perjanjian Lama dan menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Di dalam Dia tidak ada lagi selubung. Roh Kudus telah membukakan selubung yang menutupi hati dan pikiran kita sehingga kita mengerti dan menerima kemerdekaan sejati sebagai anak-anak Allah. Di luar dan selain Yesus Kristus semuanya akan tetap tersembunyi dan segera pudar.

Sebagai anak-anak Allah, kita menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan dalam hidup kita. Sebaliknya setiap perbuatan kita hanya menyatakan kebenaran dan dapat dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Tidak ada perbuatan licik dan yang memalsukan firman Tuhan. Itulah yang membedakan kita selaku anak-anak terang dengan anak-anak dunia yang mencari pembenaran di dalam hukum. Segala kelicikan tersembunyi dalam pembenaran hukum. Tetapi anak-anak terang tetap bercahaya meskipun di dalam kegelapan.

Hanya Roh Allah yang dapat memberikan kepada kita kemerdekaan sejati menjadi anak-anak Allah untuk melakukan maksud dan kehendak-Nya, sama seperti Kristus sendiri. Dengan demikian dari hidup kita senantiasa terpancar cahaya sebagaimana Yesus Kristus, Sang Anak Allah. Karena itu segala perbuatan kita hanyalah kebenaran dan keadilan sebagai buah kasih yang bersumber dari Yesus Kristus. Amin!

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 7 Februari 2016