Kepadamulah Aku Berkenan

Lukas 3:15-17,21-22

Penantian akan datangnya Sang Juruselamat di tengah-tengah umat Israel telah lama ditunggu-tunggu. Kondisi dan situasi umat pada saat itu sangat sulit, sehingga mereka sangat mengharapkan seorang Mesias yang dapat memperjuangkan mereka baik dari segi politik, ekonomi maupun agama. Oleh sebab itu kehadiran dan keberadaan Yohanes Pembaptis yang vokal dalam menyuarakan pertobatan diyakini sebagai representasi Mesias yang telah lama mereka nantikan.

Dalam nats ini, Yohanes Pembaptis menegaskan dan memproklamirkan bahwa Mesias yang sesungguhnya adalah Yesus Kristus, bukan dirinya. Pernyataan ini memberitahukan kepada kita betapa Yohanes memiliki kerendahan hati, saat dimana orang banyak mengagungkan dirinya, justru di sanalah ia mengarahkan orang-orang kepada Mesias yang sejati. Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, bahkan membuka tali kasut-Nya pu ia tidak layak. Sebaliknya ia menyatakan tentang kuasa dari Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Ia akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api. Pernyataan ini menegaskan bahwa kuasa Allah sangat luar biasa.

Di sisi lain, sikap dan tindakan Yesus yang mau dibaptis menunjukkan sikap bahwa Ia mau memposisikan diri-Nya masuk dalam keberdosaan manusia meskipun dia hidup tanpa dosa. Baptisan Roh Kudus dapat diartikan sebagai karya Roh Allah yang mempersatukan orang percaya dengan Kristus, baik dalam kematian-Nya maupun dalam kebangkitan-Nya (Roma 6:2-4). Pada 1 Korintus 12:13 juga dikatakan: “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Mengalami baptisan dari Roh yang sama menjadi dasar bagi kita untuk mewujudkan kehendak Allah, memisahkan diri dari dosa dan memelihara kesatuan jemaat.

Kesediaan Yesus memberi diri-Nya dibaptis adalah tanda solidaritas-Nya terhadap manusia dan tanda dimulainya misi kemanusiaan Tuhan Yesus di tengah-tengah dunia. Setelah Yesus dibaptis, turunlah Roh Kudus sebagai tanda bahwa Allah berkenan atas-Nya (ay.22), dengan demikian karya penebusan Allah dalam diri Yesus Kristus menjadi karya yang realistis. Ia berkuasa menyelamatkan manusia dari perbudakan dan hukuman karena dosa.

Epiphanias artinya Tuhan menyatakan, membuka tabir diriNya. Melalui Roh Kudus, suara Allah telah menyatakan tentang kesiapan Yesus. Dia adalah Anak Allah yang turun ke dunia. Allah berkenan atas Yesus, Ia adalah Anak yang patuh atas segala rencana Allah, tak pernah sekalipun Ia berbantah meski harus menderita. Ia telah menyatakan solidaritas-Nya kepada kita umat berdosa. Teladan itulah yang patut kita tiru dari Tuhan Yesus. Lakukanlah yang baik bagi sesama tanpa pamrih bagi orang-orang yang kurang beruntung, tidak berdaya dan menderita. Dengan meneladani Yesus dalam kehidupan jemaat maka tidak ada lagi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, pejabat dan orang biasa, yang kuat dan yang lemah. Dan akhirnya kitapun menjadi anak-anak yang berkenan di hadapan Tuhan Yesus. Amin.

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 10 Januari 2016