Dari Tuhan atau dari Iblis

Sebuah kisah nyata benar terjadi di Taiwan baru-baru ini yang dilansir oleh media cetak. Seorang pria Taiwan yang bernama Liu Ho Mu yang tinggal di Changhua, Taiwan Tengah dituntut oleh kelompok hak asasi perempuan untuk diperiksa oleh pihak yang berwajib. Hal ini disebabkan karena ia telah memperistri 8 perempuan yang melahirkan 32 anak baginya. Padahal undang-undang Taiwan melarang warganya beristri lebih dari satu. Pelanggaran terhadap hukum ini, seseorang bisa mendekam di penjara selama lima tahun. Liu adalah seorang guru spiritual yang dikenal oleh warga sekitar dimana ia tinggal. Sebagai seorang guru spiritual atau rohaniwan, ia mudah sekali berkilah bahwa perkawinannya direstui oleh dewa leluhur mereka.

Dalam kisah nyata ini yang menarik perhatian kita adalah alasan guru spiritual yang mengatakan bahwa perkawinannya dilegalisir oleh dewa mereka. Kalau alasan ini dikemukakan, maka sulitlah kemudian memperkarakannya, sebab dewa tidak berbicara apa-apa. Diam, atau bisu.

Fenomena seperti ini sebenarnya juga terjadi di dalam lingkungan gereja Tuhan. Dewasa ini sering sekali muncul pernyataan orang-orang yang mengaku “hamba Tuhan”, yang dekat Tuhan dan menerima perintah-perintah dan visi Tuhan. Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa perintah dan visi tersebut benar-benar dari Tuhan? Semuanya serba sangat subjektif. Kalau seseorang berkata: “Saya menerima perintah Tuhan untuk berbuat ini berbuat itu. Saya mendapat visi dari Tuhan untuk berbuat ini atau itu. saya mendapat penglihatan bahwa Indonesia akan mengalami keadaan seperti ini atau itu”. Siapakah yang dapat membuktikan bahwa semuanya itu dari berasal dari Tuhan. Apa buktinya? Kalau kemudian nubuat atau penglihatannya salah, tidak ada tuntutan atau somasi terhadap penipuan tersebut. Tidak jarang kemudian si “pemilik visi atau penglihatan” mendeklarasikan penglihatan dan visi baru dari Tuhan, sedangkan visi dan penglihatan yang kemarin dulu dianggap tidak pernah ada.

Fenomena ini merupakan wajah sehari-hari yang sering kita lihat khususnya di kalangan gereja-gereja aliran kharismatik, pentakosta, gerakan yang dikenal sebagai gerakan apostolik dan sejenisnya. Fenomena ini sudah dianggap sebagai hal yang wajar yang menjadi menu di banyak gereja dan persekutuan-persekutuan doa. Trend seperti ini berkembang terus sampai kepada taraf dimana memperoleh visi dan penglihatan dari Tuhan adalah makanan sehari-hari beberapa orang tertentu, bahkan jemaat awam yang masih sangat dangkal dalam memahami Tuhan. Sebagai akibatnya, hampir tidak bisa dibedakan antara nubuat dan “elo buat”, visi Tuhan atau visi pribadi, suara Tuhan atau suara diri sendiri. Tentu yang menjadi korban adalah jemaat awam atau orang Kristen pada umumnya yang sangat mempercayai pemimpin-pemimpin spiritual mereka. Tidak sedikit mereka membela visi dan penglihatan para “hamba Tuhan” dengan segenap hati dan ketulusan. Kalau visi tersebut berasal dari Tuhan, tentu tidak menjadi masalah bahkan beruntunglah anak Tuhan yang turut menggenapi rencana-Nya. Tetapi kalau visi tersebut bukan berasal dari Tuhan, jadi apa jemaat Tuhan tersebut? Tidak bisa dibayangkan kerusakan atau kehancuran dari pekerjaan iblis yang merusak kehidupan jemaat Tuhan yang tulus-tulus tersebut. Tidak banyak orang yang menyadari keadaan gawat gereja Tuhan hari ini.

Dengan memaparkan hal ini, bukan berarti kita diajar untuk tidak mempercayai visi dan penglihatan dari Tuhan. Kita percaya bahwa Tuhan yang hidup, aktif dan terus berprakarsa berkarya menyelamatkan dunia ini memberikan visi dan penglihatan-penglihatan kepada umat pilihan. Tetapi kita harus benar-benar selektif terhadap setiap apa yang diakui sebagai visi atau penglihatan dari Tuhan. Untuk ini, setiap jemaat harus belajar mengenai kebenaran Alkitab.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 23 November 2008

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *