Hidup di dalam Terang

1 Yohanes 1:1-10

Paskah telah berlalu, Yesus sudah bangkit, kematian pun berlalu, Yesus menang!

Kini Gereja tiba pada Minggu Quasimodogeniti yang artinya “seperti bayi yang baru lahir” (1 Petrus 2:2). Maksudnya, kebangkitan Yesus telah melahirkan orang-orang beriman Kristen. 1 Yohanes yang isi dan gaya tulisannya mirip dengan Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes anak Zebedeus.

1 Yohanes yang ditulis berkisar antara tahun 90-110 M bertujuan untuk memperingatkan sambil memberitahukan pembacanya tentang ajaran sesat yang menyangkal inkarnasi Yesus Kristus (1 Yohanes 4:2-3). Ajaran sesat itu disebut “doketisme” (Yunani “dokein”=nampaknya), menyatakan bahwa Kristus hanya nampak seperti manusia. Juruselamat yang Ilahi tidak dapat mati bagi orang berdosa.

Yohanes memberikan kesaksian melalui pengalaman hidupnya bersama Firman Hidup. Hal itu nampak dari pemilihan kata demi kata, yaitu: telah ada sejak semula,… dst (ay.1). Semua itu berbicara tentang Firman Hidup, yang sungguh nyata dan benar-benar memberikan kehidupan. Tujuannya, supaya orang lain pun mengalami pengalaman yang sama, bersekutu dengan Allah Bapa, Yesus Kristus, saudara seiman, dan memiliki kehidupan kekal. Bukan sekedar hidup secara fisik karena masih bernafas, tetapi pengertian hidup kekal di dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus, kini dan selamanya. Pengalaman indah memperoleh anugerah kehidupan kekal yang dialami Yohanes tentu membawa sukacita bagi kita, yaitu menjadikan kita peduli terhadap keselamatan jiwa orang lain.

Selanjutnya Yohanes menyatakan bahwa “Allah adalah Terang… sama sekali tidak ada kegelapan” (ay.5). Maka jika seorang mengaku bersekutu dengan Allah, tentu ia hidup dalam terang dan sungguh-sungguh hidup benar di hadapan Tuhan.

Seorang yang hidup dalam terang, hidupnya telah disucikan oleh darah Kristus. Ia bersekutu dengan Allah, karena Allah adalah terang dan di dalam diriNya sama sekali tidak ada kegelapan. Namun bukan berarti ia tidak berdosa, justru menyadari dirinya berdosa dan mengakuinya di hadapan Allah serta minta pengampunan. Dengan demikian hidupnya menjadi suci. Sedangkan bila ia mengatakan tidak berdosa, ia bukan hanya menipu dirinya sendiri (ay.8) namun juga membuat Yesus menjadi pendusta dan FirmanNya tidak ada di dalam dirinya (ay.10).

Seorang yang sungguh hidup dalam terang akan meninggalkan segala bentuk kehidupan kegelapan, seperti kebohongan, penipuan, kemunafikan dll, sebab terang itu telah menelanjangi segala perbuatan kegelapan. Maka ia akan menjaga hidupnya benar sesuai FirmanNya dan senantiasa berjalan dalam Terang Allah. Hidup seperti itulah bukti seseorang percaya akan kebangkitan Yesus. Amen!

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 12 April 2015