Menanti dan Mempercepat Kedatangan Hari Allah

2 Petrus 3:6-15

Surat II Petrus ini mengingatkan kita kepada kedatangan janji Tuhan yang dinamakan juga dengan Parusia. Kapankah kedatangan Tuhan yang disebut dengan Parusia itu? Konsep waktu Tuhan dan manusia berbeda. Di dalam ayat 8 dikatakan bahwa 1 hari sama dengan seribu tahun atau seribu tahun sama dengan 1 hari di mata Tuhan (Mzm 90:4). Karena mengenai waktu kapan kedatangan Tuhan itu adalah merupakan otorisasi ataupun kuasa Allah. Tapi yang penting atau perlu di dalam khotbah kita pada saat ini adalah kita menunggu dengan sabar dan tekun kapan waktu saja. Walaupun banyak orang berpikir dan beranggapan bahwa Tuhan itu lupa atau lambat memenuhi janjiNya tapi Tuhan itu sabar dan punya rencana supaya setiap orang dapat bertobat dan selamat. Manusia diberi mengevaluasi dirinya untuk bertobat, berubah sikap dari yang tidak baik menjadi baik.

Dapat kita lihat bagaimana Tuhan memberikan waktu dan kesempatan bagi kita manusia. Gambaran kedatangan Tuhan itu juga digambarkan seperti kedatangan pencuri, waktunya kita tidak tahu karena Tuhan tidak mengumumkannya atau memberitahukannya terlebih dahulu. Langit akan lenyap. Bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang dan lenyap. Apakah yang dibuat oleh orang yang berfirman kepada Tuhan? Rasul Petrus mengatakan, “Kamu harus hidup tidak tercela dan berkenan di hadapan Tuhan, bersih dan tidak bercela di hadapanNya.”

Pada saat ini kita sedang menantikan dan berjalan di dalam minggu-minggu Adven. Persiapan-persiapan kita untuk menyambut natal dalam minggu-minggu Adven ini, kita dituntut tetap sabar, setia dan tekun. Menanti berarti hidup berinisiatif dan banyak berubah dinamis dan mengadakan perubahan-perubahan di dalam kehidupan dan cara berfikir kita. Hati kita harus siap untuk mengadakan hal-hal yang positif untuk mempersiapkan jalan Tuhan dalam hati kita. Walaupun banyak yang kita tidak dapat terima dalam kehidupan kita, pekerjaan kita, keluarga kita dan jemaat Tuhan terlebih lagi dalam masyarakat kita, kita harus merendahkan hati kita dan selalu mau hidup di dalam firman Tuhan. Yang mungkin juga dalam pengalaman hidup kita dan keluarga kita boleh saja hati kita tergores oleh ulah teman-teman sekerja kita, saudara-saudara kita namun demikian, melalui firman Tuhan dan kerendahan hati kita, kita selalu dikuatkan dalam menjalani hari-hari kehidupan kita.

Hal yang demikianlah yang membuat hati kita menjadi damai sejahtera, karena hati kita sudah kita siapkan agar Tuhan menguasai hidup kita dan Tuhan akan membimbing kita dan kita dapat menjadi saksi untuk orang lain dan untuk Tuhan.

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 7 Desember 2014