Minggu ini adalah Minggu Akhir Tahun Gerejawi. Pada Minggu ini Gereja mengadakan peringatan bagi warganya yang meninggal selama satu tahun gerejawi, yaitu dengan membacakan nama=nama mereka. Pembacaan nama-nama itu bukanlah untuk mengenang apalagi menghormati mereka, melainkan untuk menyadarkan iman kita supaya kita mengingat akan akhir hidup kita sendiri (Mementomori : Ingatlah akan hari kematianmu), serta meneguhkan pengharapan akan kemenangan Kristus mengalahkan kematian. Demikian juga pengharapan akan kerajaan sorga sebagai tujuan jiwa-roh kita dan persekutuan orang percaya dengan Tuhan Allah hingga kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Pada waktu peringatan orang yang meninggal, baiklah kita mengingat dan bersyukur kepada Allah atas segala perbuatan baik semasa hidup, tetapi tidak untuk memohon berkat dan tanda kesurupan yang telah meninggal.
Dalam prolog Injil Yohanes diketahui bagaimana Yesus Kristus, sang Terang, datang ke dalam dunia. Namun dunia tidak mengenal Dia dan tidak percaya kepadaNya (Yoh. 1:9-11). Walaupun begitu Tuhan Yesus memberikan kuasa kepada orang-orang yang menerima dan percaya kepadaNya untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Topik itu kemudian mewujud dalam interaksi Tuhan Yesus dengan Maria.
Perkataan respons Marta (ay. 22) masih mencerminkan jawaban standar yang belum dilengkapi dengan terang pemahaman yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Apa yang mendasari sikap Marta memang benar dan baik, juga tidak sesat. Namun sikapnya itu sendiri belum lengkap. Allah punya kehendak khusus bagi situasi ini, yaitu bahwa Lazarus akan dibangkitkan demi kemuliaan Tuhan Yesus, Anak Allah (ay. 4). Ini belum disadari Marta.
Barulah pada respons kedua, Marta mengungkapkan kepercayaannya, yakni dalam kalimat yang mirip dengan Yoh. 1:9. Kini Marta bukan sekedar percaya kepada mujizat Yesus (yang memang belum terjadi), tetapi kepada Firman Yesus bahwa Ia adalah “Kebangkitan dan Hidup”. Kematian dan kebangkitan manusia tidak bisa dilepaskan dari sikap percaya kepada Yesus. Respons inilah yang hendak diusung Injil Yohanes dalam berita ini, respons yang seharusnya muncul juga dalam diri kita, respons kepada Sang Anak Allah yang telah datang ke dunia ini.
Inilah puncak dari segala mujizat-mujizat Yesus. Dengan FirmanNya, Yesus bukan saja menghidupkan Lazarus, namun juga memulihkan jasad yang busuk itu. Ini menyatakan bahwa Yesus tidak sekedar berbuat mujizat, tetapi menciptakan yang baru dari hidup yang sudah ada. Maka bila Firman Sang Kebangkitan telah berseru ke dalam hidup kita, tiada lagi tanda-tanda kematian mampu bertahan dalam kita.
Firman Tuhan hari ini menunjukkan pentingnya memberi respons yang benar, bukan sekedar menyatakan wawasan ortodoks tentang jati diri Yesus, melainkan juga kesadaran dan penerimaan akan kehendakNya bagi situasi dan waktu kita saat ini.
Tuhan Yesus menghendaki kita jadi pemberita keberadaan diriNya yang adalah Kebangkitan dan Hidup. Amen.
Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 23 November 2014