Tuhanlah yang terdahulu dan terkemudian

(Yesaya 44:6-8)

Dennis Fisher dalam tulisannya “Confident Access” menulis tentang pulau kecil Mont Saint-Michel yang terletak sekitar satu kilometer dari pantai Normandy, Perancis. Sejak berabad-abad yang lalu pulau itu telah menjadi tempat buat para petapa (monastery) dan telah mengundang banyak wisatawan rohani. Memasuki kompleks pertapaan tersebut, para wisatawan pengunjung mesti melewati jalan yang berbahaya, dan telah membuat daftar pengunjung yang tewas di tempat itu. Proses memasuki pulau itu adalah penyebab rasa takut.

Jalan masuk kepada Allah buat orang Yahudi di Perjanjian Lama adalah juga suatu penyebab untuj ketakutan. Ketika Allah datang ke Gunung Sinai, banyak orang merasa takut untuk mendekati Dia (Keluaran 19:10-16). Bahkan memegang tabut perjanjian yang mewakili kehadiran Allah yang kudus berakhir dalam kematian (2 Samuel 6:7-8). Namun karena kematian dan kebangkitan Yesus, kita sekarang dapat mendekati Allah tanpa rasa takut. Di dalam Yesus, kita kini dapat datang kepada Allah melalui doa di mana saja dan kapan saja. Allah menjadi keberadaan yang paling berharga bagi kehidupan kita.

Siapakah yang paling berharga dalam hidup ini dalam pandangan Anda? Diri Anda sendiri atau seseorang tertentu? Harta kekayaanmu? Atau sesuatu milikmu yang lainnya? Semoga jawaban untuk semuanya: TIDAK ADA. Kenapa tidak ada? Karena yang paling berharga bagi kita orang percaya adalah Tuhan Allah. Dialah yang terdahulu dan Dia pula yang terkemudian. Tuhan Allah yang menciptakan manusia generasi pertama, Dia juga adalah Allah yang kelak disembah oleh manusia di generasi terakhir. Dia adalah Tuhan yang kekal dari segala sejarah dan semua bangsa.

Dalam bahasa Ibrani YHWH seba’ot diterjemahkan sebagai Tuhan semesta alam. Tidak ada sebuah keberadaan di semesta alam ini yang lebih Maha Kuasa dari pada Tuhan Allah, sehingga di luar Dia tak ada yang terdahului dan terkemudian. Di samping itu Tuhan Allah adalah Raja. Sekalipun Tuhan mengizinkan umat Israel memiliki raja-raja (1 Samuel 8:1-22), namun Tuhan harus tetap dipandang sebagai raja Israel. Tuhan Allah kita merupakan satu-satunya Allah, dan tidak ada Allah selain dari pada Dia.

Renungan ini mengingatkan kita untuk menyadari keterbatasan kita selaku makhluk manusia yang lemah. Tanpa pendampingan Allah, maka hidup kita takkan mempunyai makna apa-apa. Untuk itu janganlah kita takut dan jangan gentar, sebab Tuhan Allah setia menjagai kita dari ancaman yang menghadang di hadapan kita.

Janganlah kita mau terpengaruh oleh ilah-ilah yang bergentayangan di sekitar kita. Peganglah Tuhan Allah dengan erat karena Dia adalah Gunung Batu untuk kita, dan lakukanlah tugas yang utama diberikan Tuhan kepada kita, yakni: “Kamulah saksi-saksi-Ku!” Beritakanlah Berita Keselamatan dari Tuhan Allah!

Dikutip dari Warta Jemaat HKBP 20 Juli 2014