Disamakan dalam Segala Hal

Yesus bisa menolong kita yang dicobai sebab Ia sendiri telah menderita karena pencobaan dan menang.

Berkenaan dengan Kristologi (studi mengenai pribadi Kristus), Alkitab menginformasikan sebagai berikut: “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya…” (Ibrani 2:17).

Ada beberapa kata penting di sini. “Itulah sebabnya… harus” juga bisa berarti “maka seharusnya” (bahasa Yunani: hothen ofilen). Kata ofilen dari akar kata ofileo yang berarti “berkewajiban”. Kalau Ia tidak disamakan dengan manusia, Ia tidak bisa menjadi Imam Besar. Sebagai Imam Besar, Yesus harus merasakan apa yang dirasakan manusia agar Ia bisa menolong kita dalam segala pergumulan hidup. Kalau imam besar dalam Perjanjian Lama mengorbankan domba sebagai alat penghapus dosa, Tuhan Yesus mengorbankan diri-Nya sendiri.

Kata “disamakan” dalam teks bahasa Yunaninya adalah homiothenai yang artinya “menyerupai”. Maksudnya, keadaan Tuhan Yesus tidak berbeda dengan keadaan kita. Adapun kata “dalam segala hal” aslinya ditulis panda yang berarti “semua” atau “menyeluruh”. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sama seperti kita dalam segala hal (Ibrani 2:14).

Dari keadaan fisik, Tuhan Yesus juga sama persis dengan manusia biasa. Tubuh-Nya bermetabolisme seperti kita. Ia tidak bertulang besi, berotot kawat, tidak berkulit baja. Dimulai dari kelahiran-Nya melalui dara Maria, proses kehamilan Maria dan kelahiran-Nya pun juga dialami – yang berbeda adalah pembuahannya oleh Roh Kudus, bukan karena hubungan biologis. Ia pun harus mengalami proses pertumbuhan seperti anak-anak manusia lainnya (Luk 2:52). Ia juga belajar, bertanya jawab dengan para pengajar Yahudi (Luk 2:46).

Secara manusia, Yesus juga merasa lapar dan letih (Luk 4:2; Mrk 6:31; Yoh 4:6). Secara psikologis pun tampak jelas kemanusiaan-Nya: Ia ketakutan dan merasa kengerian sebelum menghadapi salib (Luk 22:44), sampai-sampai Tuhan Yesus meminta kepada Bapa, kalau boleh cawan berlalu dari hidup-Nya.

Tetapi Ia mengakhiri tugas-Nya dengan elok dalam bentuk penyerahan-Nya kepada kehendak Bapa. Ia takluk dan tunduk kepada kehendak Bapa. Jadi ketika disalib, Ia juga pasti merasakan kesakitan dalam penderitaan yang hebat; Allah tidak membuat-Nya menjadi tahan sakit. Dengan keberadaan-Nya seperti ini, barulah Ia dapat menjadi Juruselamat dan penolong yang sejati (Ibrani 2:18). Maukah kita benar-benar percaya, taat dan hormat kepada-Nya?

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 28 Agustus 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *