Gesekan dengan orang lain merupakan sarana yang digunakan Allah untuk menajamkan kita.
Untuk mendewasakan perasaan kita, Tuhan menggunakan berbagai pengalaman hidup kita. Seperti besi yang ditajamkan melalui proses pengasahan dengan menggunakan besi lain, dalam pembentukan kita menuju kesempurnaan yang dikerjakan Allah melalui Roh-Nya, Ia menggunakan manusia di sekitar kita untuk proses tersebut. Ditajamkan di sini maksudnya adalah dibuat semakin dewasa, sempurna, matang dan berkenan kepada Allah.
Dengan pelajaran Alkitab pribadi, mendengar khotbah, membaca buku-buku rohani, dan berdoa secara pribadi, tidak secara otomatis kita menjadi sempurna. Ini semua baru sebagian. Kebenaran-kebenaran Firman yang kita dengar dan pelajari harus dimatangkan dan dikenakan dalam kehidupan melalui berbagai gesekan dan benturan yang terjadi dalam hidup ini. Perhatikan bagaimana tokoh-tokoh iman di Alkitab disempurnakan oleh Tuhan.
Yusuf anak Yakub harus ditajamkan oleh saudara-saudaranya. Kalau ia hanya tinggal di rumah Yakub, mimpi yang diterimanya sebagai janji besar dari Tuhan tidak akan terealisasi. Ia ditajamkan oleh Ruben dan abang-abangnya yang lain dengan dijual ke tanah Mesir (Kej 37:12-28). Ia ditajamkan oleh Nyonya Potifar (Kej 39:1-20). Ia ditajamkan pula oleh juru minuman Firaun yang melupakan budi baiknya (Kej 40).
Seperti Yusuf, Allah juga hendak menajamkan kita melalui berbagai sarana. Misalnya, pertama, melalui teman kita di kantor. Di mana pun kita bekerja, ada saja orang yang menjengkelkan kita dan merugikan kita. Jangan berharap berkantor di tempat yang nyaman dan semua orangnya berkenan di hati kita.
Kedua, melalui pasangan hidup. Jangan harap menemukan jodoh yang tidak memiliki kesalahan. Kita tidak menikahi malaikat, tetapi manusia yang memiliki kelemahan dan kekurangan.
Ketiga, rekan sepelayanan di gereja. Ini meliputi pendeta, majelis dan sebagainya yang tidak selalu sependapat dengan kita. Paulus juga pernah berselisih dengan Petrus (Gal 2:11).
Menyadari hal ini, kita harus tetap bersyukur kepada-Nya atas setiap orang yang menyakiti kita. Jangan bersungut-sungut jika kita disakiti oleh orang lain, sebab sebagaimana besi yang bergesekan menimbulkan panas dan percikan api, gesekan dengan orang lain memang menyakitkan, tetapi itulah sarana Allah untuk memproses kita.
Kalau kita disebut murid Tuhan, kita harus mau diproses untuk berubah, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak cakap menjadi cakap, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Itu sudah termasuk dalam harga yang harus kita bayar, yaitu segenap hidup kita. Terimalah segala hal sebagai pelajaran dan didikan Tuhan, dan teladanilah terus Tuhan Yesus agar dapat memiliki iman yang sempurna (Ibr 12:3-5).
Dikutip dari Warte Jemaat Rehobot Ministry 6 Maret 2011