Tidak Terikat

Melepaskan keterikatan adalah persoalan hati, bukan persoalan fisik.

Sebagaimana kita tidak boleh terikat dengan Tuhan hanya pada waktu di gereja, demikian pula kita tidak boleh tidak terikat dengan dunia hanya pada waktu di kebaktian. Ketidakterikatan dengan dunia bukan karena kita tidak menjadi pengusaha; ketidakterikatan dengan dunia bukan karena kita sedang beribadah di gedung gereja; tetapi ketidakterikatan dengan dunia harus selalu menjadi prinsip kita di segala tempat, di sepanjang jam waktu hidup kita. Jika seseorang memiliki kesempatan untuk terikat dengan sesuatu tetapi ia menolaknya, berarti ia serius untuk tidak terikat dengan ikatan lain selain dengan Tuhan.

Kalau di agama-agama lain diajarkan bahwa untuk menjadi orang suci, seseorang harus meninggalkan kesibukan dunia, menyepi dan bertapa untuk dapat menyatu dengan Tuhan. Seperti konsep “manunggaling kawula Gusti” yang terkenal itu. Pengaruh ini ternyata masuk juga ke dalam Kekristenan, sehingga sebagian orang menganggap, jika seseorang mau terus hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dan hendak memiliki hubungan yang khusus dengan Tuhan, maka ia harus rajin datang ke kebaktian, bahkan supaya lebih sempurna lagi, meninggalkan pekerjaan sekuler dan menjadi pendeta. Ini konsep yang salah, sebab bagaimana Anda dapat dikatakan perenang hebat, kalau hanya berenang di kolam sendiri dan tidak pernah bertanding? Bagaimana Anda dapat dikatakan sebagai suami yang setia, kalau tidak pernah diperhadapkan dengan wanita cantik yang bukan istri Anda? Bagaimana Anda dapat membuktikan diri sebagai orang yang mengasihi Tuhan lebih dari segala sesuatu, kalau Anda tidak pernah berkesempatan meraih kenikmatan dunia, gelar, kekuasaan, nama besar, nama baik yang dapat kita raih? Bagaimana Anda dapat dikatakan puasa, kalau memang Anda di gurun pasir dan di sekitar Anda memang tidak ada makanan dan minuman?

Berarti terhindar dari segala keterikatan bukan berarti menyingkirkan diri dari dunia, tetapi apakah kita mau mengusahakannya. Apakah kita mau meninggalkan keterikatan, berani menukarkannya dengan kekayaan kerajaan Surga seperti perumpamaan yang diceritakan Yesus? Melepaskan keterikatan adalah persoalan hati, bukan persoalan fisik atau apa yang kelihatan di mata manusia.

Kekristenan kita memuaskan hati Tuhan kalau kita dapat menjadi satu Roh dengan Dia. Ini sebuah harta yang lebih dari segala kekayaan dan harta yang dapat kita miliki. Ini masalah batin. Itulah sebabnya Kekristenan tidak hanya bagian dari hidup kita, tetapi seluruh kehidupan kita.

Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 17 Oktober 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *