Di samping terus-menerus menggali kebenaran Alkitab, kita pun harus terus mencari Tuhan secara pribadi.
Beberapa kelompok Kristen menganggap pikiran berbahaya terhadap iman Kristen. Menganalisis Tuhan dengan pikiran dianggap sebagai sikap kurang pantas. Mereka juga biasanya lebih mengandalkan pengalaman pribadi daripada penggalian Alkitab dengan pikiran atau akal budi.
Namun pengalaman pribadi seseorang bisa sangat subjektif dan berpotensi untuk didramatisir. Tanpa bermaksud menghakimi siapa pun, faktanya untuk mengesahkan pengalaman pribadi seseorang sebagai sesuatu yang berasal dari Tuhan, banyak orang menyatakan dirinya sebagai orang istimewanya Tuhan, nabi, rasul, orang yang berkarunia khusus, dan sebagainya.
Di antara orang-orang Kristen sekarang ini, ada kalangan tertentu yang lebih mengutamakan pengalaman rohani pribadi daripada penggalian Alkitab dengan menggunakan pikiran. Pada tingkat ekstrem, mereka tidak menggunakan analisis Alkitabiah secara benar. Ayat-ayat dicomot sekedar untuk mendukung ide yang dikemukakannya, atau mendukung pengalaman rohani yang diklaim berasal dari Tuhan. Itu berarti menghargai pengalaman pribadi lebih daripada Alkitab.
Sementara kalangan lain cenderung curiga terhadap kesaksian seseorang tentang pengalaman rohani yang dialami seseorang. Mereka menganggap pengalaman pribadi yang dialami seseorang hanyalah sugesti atau pengalaman psikologis biasa. Kalangan ini lebih mendasarkan pandangan teologinya hanya pada studi Alkitab semata-mata – yang tentu melibatkan pikiran, tanpa ditambah-tambahi pengalaman pribadi. Tetapi kalau kita terlalu menutup diri terhadap pengalaman pribadi, maka pemberitaan Firman yang disampaikan menjadi terkesan tidak nyata, hanya teoritis semata-mata.
Seharusnya penggunaan pikiran dan pengalaman pribadi batiniah bisa seimbang. Sebagai anak Tuhan yang semakin dewasa, di samping terus-menerus menggali kebenaran Alkitab, kita pun harus terus mencari Tuhan secara pribadi. Kita akan menemukan bahwa Ia benar-benar hidup dan nyata, dan dapat dialami dalam hidup kita. Karena kita hidup hanya untuk Tuhan, melalui pengalaman kita sehari-hari pun kita dapat bertemu dengan-Nya dan merasakan bahwa Tuhan selalu menyertai kita.
Dikutip dari Warta Jemaat Rehobot Ministry 26 September 2010.